Yudah Halevi (I)

keyakinan Yahudi, Herder, Mendelssohn, mengunjungi Yerusalem, Damaskus, Hari Abba Suci
Kamus Khazar, Sebuah Novel Leksikon


HALEVI, YUDAH (versi Arab, Abulhassan al Lavi, “Halevi Kecil”) (1075 – 1141)—penulis utama tarikh Yahudi tentang polemik Khazar, salah seorang dari tiga penyair terkemuka Spanyol. Dilahirkan di selatan Kastilia di Tudela, menuruti kehendak ayahnya, Samuel Halevi, Yudah mendapatkan pendidikan lengkap di Spanyol Islam. “Hanya ada satu kearifan,” tulis Halevi kelak, “kearifan yang menyebar ke seluruh jagat raya tidak lebih besar daripada kearifan yang terkandung dalam hewan terkecil. Namun, kearifan yang menyebar ke jagat raya—terdiri atas materi murni, yang ajek dan karenanya beraneka ragam jenisnya—hanya bisa dihancurkan oleh Pencipta yang membuatnya, sedangkan hewan-hewan terbuat dari materi yang tunduk pada beraneka macam pengaruh, sehingga kearifan dalam diri mereka tunduk pada panas, dingin, dan lainnya yang memengaruhi sifat mereka.” Halevi belajar ilmu kedokteran di sekolah Talmudik Isaac Alphasi di Lucena, dan berbicara dalam bahasa Kastilia maupun Arab. Dalam bahasa Arab dia mempelajari filsafat, yang dipengaruhi pemikiran Yunani kuno, dan mengenai ilmu itu dia menulis, “Berwarna tapi tak berbuah, memberi makan pikiran tapi tak memberi apa-apa bagi emosi.” Oleh karena itu, Halevi yakin bahwa tidak ada filsuf yang bisa menjadi nabi. Sekalipun profesinya adalah dokter, Halevi mencurahkan perhatian amat besar pada sastra dan tradisi Yahudi dalam ilmu gaib, serta menghabiskan hidupnya di berbagai tempat di Spanyol, berteman dengan penyair, rabi, dan sarjana pada masanya. Dia berpendapat bahwa organ-organ perempuan adalah organ-organ lelaki yang terbalik, dan Kitab Suci juga banyak membahasnya, hanya dalam cara berbeda, “Laki-laki adalah alif, mim, syin; perempuan adalah alif, syin, mim. Roda berputar maju mundur, di atas tak ada yang lebih baik daripada rasa senang; di bawah tak ada yang lebih buruk dari kezaliman ... “ Sebagai ahli Talmud, Halevi melacak asal usul aliterasi dalam nama Tuhan dan menawarkan pada penjelasan alkitabiah modern garis-garis besar untuk memastikan sumber huruf-huruf “Y” dan “E”. Darinya lahir ungkapan: “Vokal adalah jiwa dalam tubuh konsonan.” Dia mengingatkan bahwa ada simpul-simpul dalam waktu, “jantung tahun”, yang berdetak mengikuti irama waktu, ruang, dan manusia, serta yang berkorespondensi dengan simpul-simpul itu adalah perbuatan dan kerja yang selaras dengan waktu. Dia percaya bahwa perbedaan-perbedaan dalam banyak hal bertunas dari hakikat mereka. Mungkin ada yang bertanya, “Mengapa Dia tidak menciptakanku sebagai malaikat?” Dan dengan hak yang sama besarnya, seekor cacing bisa bertanya, “Mengapa Engkau tidak menciptakanku sebagai manusa?” Sejak usia tiga belas tahun Halevi sudah mengetahui bahwa masa lalu berada di buritan, masa depan berada di haluan, bahwa kapal lebih cepat daripada sungai, tetapi mereka tidak bergerak ke arah yang sama. Sekitar seribu syair yang diyakini karyanya masih tersimpan, berikut surat-surat untuk teman-temannya, yang mengatakan kepadanya, “Dia yang menggigit tak akan bisa mengucapkan namanya; dia yang mengucapkan namanya akan membuat gigitan di mulutnya menjadi lebih pahit.” Dari Kastilia Halevi pindah ke Kordoba, yang waktu itu dikuasai bangsa Arab, dan yang selama berabad-abad terdapat minat terhadap bangsa Khazar. Di sana dia bekerja sebagai dokter, dan di sanalah dia menulis banyak syair awalnya. Dia menulis dalam bentuk sajak berbahasa Arab dan menuliskan namanya dalam akrostik—huruf-huruf pertama dalam baris sajak membentuk namanya. “Akulah laut dengan ombak berbadainya,” tulisnya tentang dirinya. “Kumpulan” syairnya ditemukan di Tunis, dalam sebuah manuskrip yang kemudian dilengkapi dengan sumber-sumber lain. Pada abad kedelapan belas karya tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman oleh Herder dan Mendelssohn. Pada 1141 Halevi menulis bukunya yang terkenal tentang bangsa Khazar (Kitab al Khazari). Halaman-halaman pertama buku itu memaparkan polemik di istana Kaghan Khazar antara seorang dokter Islam, filsuf Kristen dan rabi Yahudi tentang makna sebuah mimpi. Bab-bab selanjutnya hanya menyisakan dua peserta dalam perdebatan itu—sang rabi dan Kaghan Khazar—dan buku itu menjadi seperti yang dikatakan subjudulnya: Kitab tentang Argumen dan Bukti-bukti dalam Membela Keyakinan Yahudi. Dalam menulis buku itu, Halevi melakukan hal yang sama seperti tokohnya—dia memutuskan meninggalkan Spanyol dan pergi ke Timur, karena dia ingin mengunjungi Yerusalem. “Hatiku mendamba Timur,” tulisnya saat itu, “tapi aku justru terpaku ke Barat yang jauh ... Hiasan bumi, sukacita dunia, oh, betapa aku terpesona olehmu ... walaupun imperiummu tak ada lagi, walaupun wadah balsem penyembuhmu kini dirayapi kalajengking dan ular.” Dia bepergian lewat Granada, Alexandria, Tyrus, Damaskus, dan, kata legenda, ular-ular meninggalkan tanda khas di pasir yang dilewati Halevi. Dalam perjalanan itulah dia menulis syair-syairnya yang paling matang, di antaranya adalah Nyanyian Sion yang terkenal itu, yang dibacakan di sinagog-sinagog pada Hari Abba Suci. Dia mendarat di pantai suci tanah air aslinya dan meninggal tidak jauh dari tempat tujuannya. Menurut sebuah keterangan, begitu melayangkan mata ke Yerusalem, dia terinjak-injak sampai mati oleh kuda-kuda Saracen. Menulis tentang benturan antara Kristen dan Islam, dia mengatakan, “Tak ada bandar di Timur maupun Barat tempat kita bisa menemukan kedamaian ... Entah Ismail yang menang atau kaum Edomite—orang-orang Kristen—yang berjaya, nasibku selalu sama—nestapa. Ada legenda yang menyebut bahwa batu nisan Halevi bertuliskan: “Ke mana engkau terbang, O iman, O kemuliaan, kesederhanaan dan kearifan? Kami terbaring di bawah batu ini; kami tidak terpisahkan dari Yudah di kuburan sekalipun.” Dengan demikian Halevi membuktikan kebenaran ungkapan “Semua jalan menuju Palestina, tak ada satu pun jalan dari sana.”


Comments

Popular posts from this blog

Rumah Jagal Lima (Slaughterhouse-Five)

Para Pembunuh

Contentious Politics (3)