Contentious Politics (3)


terjemahan Contentious Politics Sidney Tarrow dan Charles Tilly

Menyusul berbagai peristiwa tersebut, para pengamat Barat memandang pengambilalihan Rusia sebagai awal krisis politik luar negeri terburuk sejak Perang Dingin. Di Brussels, EU dan NATO mengecam keras bahwa serangan itu melanggar komitmen Rusia untuk menghormati integritas teritorial Ukraina. Di Washington, Presiden Obama meluncurkan serangkaian sanksi ekonomi fatal, sementara di Moskwa mesin propaganda Kremlik menggelorakan semangat patriotik mendukung pencaplokan. Tetapi masih banyak peristiwa yang bermunculan: Begitu semenanjung Krimea lepas dari Ukraina pecah perang antara kaum militan pro-Rusia di timur negeri itu, dibantu pasukan Rusia, melawan agen-agen negara Ukraina yang nyaris tak berdaya. Tentara-tentara tanpa identitas mengambil alih gedung-gedung pemerintah di dua belas kota Ukraina tenggara. Mereka ditolong oleh ketidakmampuan pemerintah baru Ukraina memberikan respons efektif terhadap tekanan mereka dan oleh kehadiran 40.000 pasukan Rusia, ditopang oleh kampanye propaganda yang dipancarkan dari Moskwa. Sebuah gelombang perseteruan melawan sebuah negara yang lemah dan korup telah menyebabkan runtuhnya sebuah pemerintahan, sebuah kontra-gerakan internal, dan pengambilalihan semi militer oleh sebuah negara tetangga yang menumpang suatu pemberontakan nasionalis.

Politik Perseteruan
Apa kesamaan antara kampanye menentang perdagangan budak di Inggris abad kedelapan belas dengan perpecahan parsial dan perang saudara di Ukraina pada tahun 2014? Walaupun kita bisa mengidentifikasi banyak perbedaan, peristiwa-peristiwa beda zaman dan tempat itu adalah episode-episode dari apa yang kita sebut politik perseteruan. Di kedua pentas tersebut para aktor mengklaim otoritas, menggunakan performa publik untuk membuat klaim tersebut, mengandalkan bentuk-bentuk warisan aksi kolektif (istilah kami untuk ini adalah repertoar) dan menciptakan bentuk-bentuk yang baru, menjalin persekutuan dengan anggota-anggota berpengaruh entitas politik masing-masing, memanfaatkan peluang-peluang rezim politik yang ada dan menciptakan peluang-peluang baru, dan menggunakan kombinasi rutinitas institusional dan ekstrainstitusional untuk memajukan klaim-klaim mereka.
Politik perseteruan melibatkan berbagai interaksi di mana para aktor membuat klaim-klaim berkaitan dengan kepentingan aktor-aktor lain, menghasilan upaya-upaya terkoordinasi demi kepentingan atau program bersama, di mana pemerintah terlibat sebagai sasaran, pemrakarsa klaim, atau pihak ketiga. Dengan demikian politik perseteruan menyatukan tiga komponen familier kehidupan sosial: perseteruan, aksi kolektif, dan politik.
Perseteruan melibatkan penciptaan klaim yang menyangkut kepentingan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, perseteruan merentang dari masalah-masalah kecil seperti acara televisi apa yang akan kita tonton malam ini sampai pertanyaan-pertanyaan lebih besar seperti apakah Sue, saudari Anda, mesti menikah dengan laki-laki yang berkencan dengannya. Tetapi perseteruan terjadi juga dalam pertandingan sepak bola, kampanye iklan saingan, dan pertengkaran antara pasien yang rewel dan dokter yang gampang marah.
Dalam versi paling sederhana perseteruan, satu pihak membuat klaim atas pihak lain. Pihak-pihaknya sering kali perorangan, tetapi salah satunya bisa juga sebuah kelompok atau bahkan lembaga; Anda bisa membuat klaim terhadap sekolah Anda atau mengajukan klaim kepada pemerintah untuk mendapatkan tunjangan pengangguran. Dalam versi dasar, kita bisa mengangga satu pihak sebagai subjek (pembuat klaim) dan pihak lain sebagai objek (penerima klaim). Klaim selalu melibatkan setidak-tidaknya sasaran nyata satu objek terhadap setidak-tidaknya satu objek. Anda (subjek) bisa meminta seorang teman (objek) untuk mengembalikan uang yang dia pinjam dari Anda kemarin. Tetapi klaim bisa merentang dari permintaan dengan segan sampai tuntutan lantang hingga serangan langsung, asalkan klaim-klaim tersebut, jika terwujud, pasti berpengaruh pada kesejahteraan objek atau kepentingan objek. Sering kali ada tiga atau lebih pihak yang terlibat, misalnya ketika Anda menuntut teman Anda mengembalikan ternyata dia hendak menyerahkannya ke kreditor lain. Perseteruan selalu menyatukan subjek, objek, dan klaim.
Aksi kolektif berarti mengoordinasikan upaya-upaya demi kepentingan atau program bersama. Tim sepak bola menghendaki aksi kolektif, tetapi begitu pula gereja, perkumpulan-perkumpulan sukarela, dan para tetangga yang membersihkan rumput dari tanah kosong. Ketika Anda pergi ke sekolah atau bekerja untuk sebuah perusahaan besar, Anda memasuki sebuah organisasi yang menjalankan aksi koletif. Tetapi sebagian besar aksi kolektif yang terlibat berlangsung tanpa pertikaian signifikan dan tidak melibatkan pemerintah. Sebagian terbesar aksi kolektif berlangsung di luar politik perseteruan.
Sebagian besar perseteruan juga berlangsung di luar politik. Kita memasuki ranah politik ketika kita berinteraksi dengan agen-agen pemerintah, entah itu berurusan langsung dengan mereka atau terlibat dalam aktivitas-aktivitas berkaitan dengan hak-hak pemerintahan, regulasi, dan kepentingan pemerintah. Politik yang dimaksud merentang dari urusan-urusan sangat rutin seperti mengajukan permohonan surat izin mengemudi hingga persoalan-persoalan genting seperti apakah suatu negara mesti berperang. Tetapi sebagian besar politik tidak banyak melibatkan perseteruan atau sama sekali tidak melibatkan perseteruan. Yang sering terjadi adalah orang-orang mengajukan permohonan tunjangan, menjawab pertanyaan petugas sensus, mencairkan cek pemerintah, atau menunjukkan paspor mereka kepada petugas imigrasi tanpa mengajukan klaim signifikan atas orang lain.
Kehadiran atau ketidakhadiran pemerintah dalam perseteruan menyebabkan perbedaan karena tiga alasan besar. Pertama, orang yang mengontrol pemerintahan memiliki keunggulan daripada orang yang tidak memiliki kontrol demikian. Bahkan saat pemerintahan lemah, kontrol atas pemerintahan memberi Anda sarana untuk memungut pajak, mendistribusikan sumber daya, dan mengatur perilaku orang lain. Akibatnya, perseteruan politik menyodorkan risiko, betapapun kecilnya, bagi keuntungan mereka yang sedang menikmati kekuasaan pemerintahan.
Kedua, pemerintah selalu membuat peraturan yang mengatur perseteruan: siapa yang bisa membuat klaim kolektif apa, dengan cara apa, dengan hasil seperti apa. Pemerintahan yang lemah sekalipun memiliki pengaruh atas bentuk-bentuk pembuatan klaim yang berlaku, dan menentang siapa saja yang membangun pusat-pusat kekuasaan kompetitif di wilayah mereka.
Ketiga, pemerintah mengontrol sarana-sarana koersif substansial: tentara, kepolisian, pengadilan, penjara, dan lain sebagainya. Ketersediaan koersi pemerintahan memberikan kekuatan bagi perseteruan politis yang jarang-jarang ada di luar arena politik. Dalam pertikaian politis, kekerasan berskala besar selalu merupakan kemungkinan, betapapun samarnya. Pertikaian yang berkaitan dengan pemerintahan sama saja dengan pertikaian dalam keluarga, olahraga, gereja dan bisnis dalam beberapa hal. Kadang-kadang kita menenekankan perhatian pada kesejajaran-kesejajaran itu. Tetapi kita mengutamakan perseteruan terkait pemerintah karena ia memiliki sifat-sifat khas tadi.
Sebaiknya kita segera menyampingkan beberapa kemungkinan kesalahpahaman. Pembatasan politik perseteruan pada pembuatan klaim yang bisa dikatakan melibatkan pemerintah bukan berarti menyiratkan bahwa pemerintah harus dipandang sebagai pembuat atau penerima klaim-klaim perseteruan. Justru sebaliknya, sebagaimana diungkapkan dalam buku ini, kita akan menjumpai banyak sekali perseteruan di mana aktor-aktor nonpemerintah saling bertarung dan membuat klaim atas pemegang kekuasaan  keagamaan, ekonomi, etnis atau kekuasaan nonpemerintahan lainnya. Masih ingat kisah yang mengawali bab ini? Di Inggris maupun Amerika, para aktivis antiperbudakan mula-mula menujukan klaim mereka kepada para pemilik budak dan baru kemudian kepada pemerintah, yang diseret ke dalam aksi karena mereka mendukung atau menentang perbudakan dan hanya mereka yang bisa menyelesaikan konflik hukum dan fisik yang ditimbulkan perbudakan.
Contentious Politics (4)
Catatan: Diterjemahkan dari Charles Tilly & Sidney Tarrow, Contentious Politics, Oxfor University Press, h. 6 – 9.

Comments

Popular posts from this blog

Para Pembunuh

Rumah Jagal Lima (Slaughterhouse-Five)