Posts

Showing posts from December, 2014

Ekspedisi Kutub (5) - TAMAT

Image
Annie Dillard's Teaching a Stone to Talk (Sebelumnya) Teknologi Pada abad kesembilan belas, seseorang menyimpulkan keberadaan Antartika. Sepanjang kurun itu, tidak seorang pun di bumi ini yang bisa memastikan ada tidaknya daratan di selatan, walaupun seorang Amerika bernama Charles Wilkes menyatakan pernah melihatnya. Beberapa ahli geografi dan penjelajah berpsekulasi bahwa di sana tidak ada daratan, yang ada cuma Lautan Antartika beku; sedangkan sebagian yang lainnya mengasumsikan adanya dua pulau besar di sekitar Kutub. Bahwa di sana ada sebuah benua, itu baru ditetapkan pada tahun 1935. Pada tahun 1893, seseorang yang bernama John Murray di hadapan Perhimpunan Geografi Kerajaan menyampaikan sebuah deduksi tentang benua Antartika. Kapal ekspedisinya, Challenger, tidak pernah terlihat di benua semacam itu. Deduksinya dikembangkan sepenuhnya dari aktivitas pengerukan dan pengukuran kedalaman perairan dengan suara. Dalam uraiannya dia memaparkan sebuah benu

Ekspedisi Kutub (4)

Image
Annie Dillard, Teaching a Stone to Talk, picture source: www.fantasticfiction.co.uk (Sebelumnya) II Bulan demi bulan berlalu, tahun-tahun berlalu. Kemajuan apa pun luput sudah. Rintangan-rintangan baru bermunculan, dan hati yang menciut, juga ketakutan. Daratan Penjelajah kutub biasanya tewas karena hipotermia, kelaparan, skorbut, atau disentri; yang kurang begitu lazim adalah serangan demam tifus (seperti yang menimpa Stefansson), vitamin A beracun dari hati beruang kutub, atau racun karbon monoksida dari pembakaran tidak sempurna di tenda berselimut salju. Yang sangat lazim terjadi, sebagai pendahuluan dari kematian-kematian itu, para penjelajah kutub kehilangan manfaat kaki mereka; jari-jari kaki beku mereka peretel saat mereka melepas kaus kaki. Yang sangat dramatis adalah kematian orang yang bernama Mr. Joseph Green, astronom yang ikut serta dalam perjalanan pertama Sir James Cook ke daerah kutub. Dia jatuh sakit di kapal. Pada suatu malam “yang membi

Ekspedisi Kutub (3)

Image
  Annie Dillard's Teaching a Stone to Talk, picture source www.fantasticfiction.co.uk   (Sebelumnya)                                                     Daratan       Tuhan tidak menyuruh agar kita mencampakkan gengsi, agar kita memilih orang secara serampangan, agar kita tersesat dan menampik apa saja yang bukan dia. Tuhan tidak butuh apa-apa, tidak minta apa pun, tidak menuntut apa-apa, seperti bintang-bintang. Hidup bersama Tuhanlah yang menghendaki semua itu.      P engalaman mengajarkan pada umat manusia bahwa bila pengetahuan tentang Tuhan adalah tujuan, maka kebiasaan-kebiasaan hidup itu bukan sarana melainkan kondisi di mana sarana itu beroperasi. Anda tidak perlu melakukan itu semua; sama sekali tidak perlu. Tuhan, aku menyesal harus mengatakan ini, sama sekali tidak peduli. Anda tidak perlu melakukan semua itu—kecuali Anda ingin mengenal Tuhan. Semua itu mempengaruhi Anda, bukan Tuhan.      Anda tidak perlu duduk di luar dalam gelap. Namun, jika ingin

Ekspedisi Kutub (2)

Image
Annie Dillard's Teaching a Stone to Talk, picture source: www. fantasticfiction.co.uk (Sebelumnya) Teknologi: Ekspedisi Franklin      Ekspedisi Franklin adalah titik balik dalam penjelajahan Artik. Ekspedisi itu sendiri tidak mencapai apa-apa, dan seluruh anggotanya tewas. Tetapi kegagalan ekspedisi itu untuk pulang, dan misteri keberadaannya, menyedot begitu banyak publisitas di Eropa dan Amerika Serikat sampai-sampai tiga puluh kapal bertolak untuk mencari jejak kapal-kapal itu berikut awaknya; tim-tim pencari itu menjelajahi dan memetakan Artik untuk pertama kalinya, menemukan jalur barat laut yang dicari-cari Franklin, dan mengembangkan sebuah teknologi yang disesuaikan dengan kondisi Artik, teknologi yang mampu membawa pulang para penjelajah hidup-hidup. Teknologi ekspedisi Franklin, sebaliknya, hanya disesuaikan dengan klub-klub perwira Angkatan Laut Kerajaan di Inggris. Ekspedisi Franklin mengandalkan gengsinya.      Pada tahun 1845, Sir John Franklin dengan 1

Ekspedisi Kutub (1)

Image
 Annie Dillard, Teaching a Stone to Talk, picture source www.fantasticfiction.co.uk I       Sebuah kelompok paduan suara tampil di gereja Katolik itu hari ini, kelompok yang menamakan diri “Wildflowers ” . Pemimpinnya adalah remaja pria jangkung, rahangnya persegi, periang dan girang betul berada di situ. Menyandang gitar; dia memetik melodi bercorak blues sebentar dan memainkan beberapa nada. Semua anggota Wildflowers mengikutinya. Turut bersama mereka adalah seorang perempuan tua, keseriusannya mengagumkan; dia berambut panjang oranye dan berbusana ala pemusik country. Sabuk kulit panjang berenda yang mengalungi lehernya mengayun-ayunkan gitar western besar sedikit di atas pinggulnya. Di sampingnya berdiri bocah laki-laki ringkih empat belas tahun dan introver, dan seorang lelaki Cina dua puluh tahunan bertubuh besar yang tampaknya ingin membuat diri merasa nyaman namun tidak tahu bagaimana caranya. Matanya jelalatan mengamati sekeliling saat menyanyi, kakinya digerak