Posts

Showing posts from September, 2013

Tentang Hemingway

Image
Ernest Hemingway lahir di Oak Park, Illinois, tahun 1899, dan memulai karier menulisnya untuk The Kansas City Star pada 1917. Selama Perang Dunia I dia menjadi sukarelawan sebagai sopir ambulans di front Italia, dan menderita luka berat ketika bertugas di infanteri. Tahun 1921 Hemingway tinggal di Paris bersama para ekspatriat Amerika yang lain. Dengan jalan yang ditempuhnya, hidup Hemingway senantiasa dihadapkan pada kekerasan, bahaya, dan maut. Tokoh yang memiliki kepribadian mengagumkan ini dikenal sebagai petualang yang tak mempedulikan setan apa pun, petinju amatir, tukang berkelahi, pemabuk, pemburu, pemancing di laut dalam, dan wartawan perang garis depan dalam dua perang dunia. Dia pernah terluka parah dalam salah satu tugasnya di medan perang. Dia pernah tiga kali mengalami kecelakaan mobil dan dua kali kecelakaan pesawat terbang; keajaiban saja yang menyelamatkan jiwanya. Ia kawin empat kali, pacarnya tak terhitung; namun lebih dari semua itu dia adalah penulis cer

Pidato Penerimaan Nobel Ernest Hemingway, 1954

Image
Pidato penerimaan Nobel Hemingway dibacakan oleh John C. Cabot, Duta Besar Amerika Serikat untuk Swedia, pada 10 Desember 1954 di Balai Kota Stockholm. Ernest Hemingway berhalangan hadir pada malam penyerahan hadiah tersebut. Tanpa keahlian menyusun pidato dan tanpa kefasihan berpidato maupun kepiawaian retoris, saya ingin menyempaikan terima kasih kepada para pelaksana wasiat murah hati Alfred Nobel atas penghargaan ini. Tak seorang penulis pun, yang kenal penulis-penulis besar tetapi tidak memperoleh anugerah ini, bisa menerima hadiah ini tanpa kerendahan hati. Tidak ada perlunya menyebutkan penulis-penulis itu. Semua orang di sini boleh membuat daftar sendiri menurut pengetahuan dan nuraninya.        Mustahil rasanya saya meminta Duta Besar negara saya membacakan pidato yang mengungkapkan segala yang ada dalam hati seorang penulis. Tidak semua yang ditulis seseorang serta-merta bisa dicerna, walaupun dalam hal ini kadang-kadang dia beruntung. Tetapi semuanya itu menjadi

Dari arsip lama kami

Image
Jose Saramago Orang-orang paling bijak yang pernah saya kenal sepanjang hidup saya tidak mengerti baca tulis. Pukul empat pagi, ketika harapan baik muncul bersamaan merekahnya fajar, ia bangkit dari alas tidurnya dan segera menggiring setengah lusin babi ke lapangan. Pada kesuburan babi-babi itu ia dan istrinya mempertahankan hidup. Kakek dan nenek saya dari pihak ibu hidup dalam keadaan serba kekurangan. Mereka bertumpu pada anak-anak babi yang, setelah disapih dari induknya, segera dijual ke para tetangga di desa Azinhaga, Provinsi Ribatejo. Kakek bernama Jerónimo Melrinho dan nenek Josefa Caixinha. Keduanya buta huruf. Pada musim dingin, tatkala udara malam membekukan air di panci dalam rumah, mereka turun ke kandang babi, menjemput anak-anak babi yang lemah, dan mengangkut mereka ke tempat tidur. Di bawah selimut kasar, kehangatan yang mereka berikan menyelamatkan binatang-binatang kecil itu dari kebekuan dan kematian yang membayang di pelupuk mata.        Kendati kakek da

Penerjemah dan Penjual Soto

Image
Saya bukan sastrawan. Tentu saja. Bukan pula penerjemah yang mengkhususkan diri pada karya-karya sastra. Tiga cuplikan saya sebelumnya di blog ini tentang Penyair Pemenang Hadiah Nobel Pablo Neruda juga tidak bisa diartikan bahwa saya paham betul soal penyair hebat itu. Bagaimanapun juga, terjemahan Novel Il Postino karya Antonio Skármeta itu adalah karya yang memberikan hiburan sangat berarti bagi saya. Saya menerjemahkannya ketika mengalamai masa-masa tersulit dalam hidup. Masa-masa yang sangat kritis nyaris secara eksistensial. Seorang teman sempat berseloroh, “Tambah satu persoalan lagi saja, sebaiknya kamu gantung diri.” Ulasan dan komentar terhadap Il Postino sungguh ibarat langit dan bumi dibanding kritik sangat keras yang saya terima untuk terjemahan L’Immortalité , karya Milan Kundera, beberapa waktu sebelumnya. Kecaman terhadap terjemahan saya itu, perlu saya tegaskan, tidak termasuk hal-hal yang meruntuhkan semangat hidup saya waktu itu. Menambah persoalan, ya. Teta

Pidato Nobel Pablo Neruda

Image
Menuju Kota Agung Pablo Neruda Peraih Nobel, 13 Desember 1971       Pidato yang hendak saya sampaikan berupa sebuah pengembaraan panjang, sebuah perjalanan yang saya tempuh menyusuri tempat-tempat terpencil dan jauh dari keramaian. Tetapi bukan karena itu jika ada sedikit kemiripan dengan lanskap dan kesunyian Skandinavia. Saya menunjuk pada cara garis batas negeri saya ditarik hingga ujung paling selatan. Begitu jauhnya kami bangsa Chili sehingga perbatasan kami nyaris menyentuh Kutub Selatan. Ini mengingatkan pada keadaan geografis Swedia, yang kepalanya menjamah kawasan utara bersalju planet ini.       Menyusuri bentangan luas negeri tumpah darah saya, menyusuri peristiwa-peristiwa yang sudah terlupakan, orang mesti melintasi, dan begitulah saya terpaksa melintas, Pegunungan Andes demi menemukan perbatasan negeri saya dengan Argentina. Rimba raya membuat kawasan tak terjamah itu menyerupai sebuah terowongan di mana kami menempuh perjalanan rahasia dan terlarang da