Posts

Showing posts from 2013

Nama Dalam Terjemahan

Image
Asterix Chez Les Bretons      Koleksi buku yang berderet rapi di rumah teman saya, di Jatiwaringin, sungguh mengundang iri. Benar kata Sidney Smith, rohaniwan Inggris abad ke-19, “Tiada mebel semenawan buku-buku.” Seraya mengutuki kecenderungan nomaden yang menjauhkan saya dari impian mempunyai rak-rak bagus penuh buku tebal-tebal lagi bersampul gagah, saya memilih satu buku. Buku terjemahan. Apa hendak dikata, yang terlihat pada halaman yang saya buka secara acak menyurutkan niat baca: kata “Young Turk”. Mengapa tidak diterjemahkan menjadi “Turki Muda” saja? Kata itu sudah lazim di buku-buku sejarah SMP/MTs dan yang sederajat. Saya takut, kalau jadi membacanya, akan semakin geram menemui Persaudaraan Muslim bukannya Ikhwanul Muslimin atau Komandan Orang-orang Beriman dan bukan Amirul Mukminin, atau Mother of the Believers yang dicetak miring.      Jauh sebelum itu saya pernah kesal membaca novel yang enggan menerjemahkan Persian Gulf,   White House, Oval Office, Secretary of

Gabriel Garcia Marquez

Image
     Gabriel Garcia Marquez lahir di Aracataca, Kolumbia, 6 Maret 1928. Dia menyelesaikan studinya di Universitas Bogota sebelum memulai kariernya sebagai jurnalis untuk El Espectator (1955). Tahun itu dia menulis artikel bersambung tentang kecelakaan-kecelakaan kapal di Kolumbia. Tulisan bersambung itu kemudian dibukukan dengan judul Relato de un Naufrago (Kisah tentang Orang yang Karam); dan dia mulai dikenal.      Cerpen awalnya yang cukup mengejutkan para pengamat sastra berjudul The Third Resignation . Koran-koran mencatat nama Marquez dan menggembar-gemborkan lahirnya generasi kedua penulis Amerika Latin. Marquez kemudian menyusulnya dengan menerbitkan kumpulan cerpen Big Mama’s Funeral dan tiga novela Leaf Storm , No One Writes to the Colonel , dan In Evil Hour .      Beberapa tahun tak muncul karyanya, di tahun 1967 dia menyelesaikan One Hundred Years of Solitude – kisah tentang sebuah keluarga dalam beberapa generasi yang merupakan cerminan sejarah Kolumbia. Menggabun

Memahami Max Weber

Image
Max Weber, Esai-esai Sosiologi      Max Weber adalah bagian dari suatu generasi ilmuwan universal, dan ada berbagai persyaratan sosiologis tertentu bagi jenis kesarjanaan yang dia jalani. Salah satu persyaratan semacam itu adalah pendidikan gymnasium yang, dalam kasus Weber, membekalinya sedemikian rupa sehingga bahasa-bahasa Indo-Jerman hanyalah berbagai dialek dari sebuah medium linguistik. (Kemahiran membaca dalam bahasa Ibrani dan Rusia didapat dengan cara tersebut.) Sebuah latar belakang keluarga yang memacu secara intelektual memberinya awal yang menguntungkan dan memungkinkan baginya mempelajari kombinasi tidak lazim berbagai subjek khusus. Saat lulus ujian hukum, dia juga seorang ekonom, sejarawan, dan filsuf andal. Dan berkat keterlibatannya, melalui kerabatnya di Strassburg, dalam berbagai perdebatan teologis masa itu dia cukup akrab dengan literatur teologi hingga mampu menanganinya dengan cakap.      Jelas sekali bahwa tumpukan kerja Weber yang luar biasa banyak mu

Max Weber, Akademikus Paripurna

     Sekembali ke Jerman Max Weber memulai lagi tulisannya di Heidelberg. Dia merampungkan bagian kedua Etika Protestan , yang dalam sepucuk surat pada Rickert dia sebut “Asketisisme Protestan sebagai fondasi peradaban vokasional modern—semacam konstruksi ‘spiritualis’ ekonomi modern.”      Revolusi Rusia pertama mengarahkan kembali kerja kesarjanaannya; dia belajar bahasa Rusia, di tempat tidur sebelum bangun setiap pagi, agar bisa mengikuti berita-berita di surat kabar harian Rusia. Lalu dia menuliskan “berita-berita itu dengan penanya agar menjadi sejarah harian.” Pada tahun 1901 dia menerbitkan dua esai utama tentang Rusia, “Situasi Demokrasi Borjuis di Rusia” dan “Transisi Rusia menuju Konstitusionalisme Semu”.      Para ilmuwan sosial terkemuka, seperti Schmoller dan Brentano, mendorongnya agar kembali memangku jabatan profesor, tetapi Weber merasa tidak sanggup. Untuk sementara dia hanya ingin menulis. Tetapi, karena dihargai pada tataran universal, dia tidak kuasa untuk

Weber di Amerika

     Hugo Münsterberg, kolega Weber saat masih Freiburg, turut menyelenggarakan “Kongres Seni dan Ilmu Pengetahuan” sebagai bagian dari Universal Exposition 1904 di St. Louis. Diundangnya Weber (bersama Sombart, Troeltsch, dan banyak lagi yang lainnya) untuk menyampaikan makalah dalam Kongres itu. Bersama istrinya, Weber bertolak ke Amerika pada bulan Agustus.      Weber ingin memasuki dengan simpatik sebuah dunia baru tanpa mengesampingkan kapasitasnya melakukan penilaian yang diperlukan kelak di kemudian hari. Dia terpesona melihat jam-jam sibuk di Manhattan yang dipandanginya dari Jembatan Brooklyn sebagai sebuah panorama transportasi massa dan pergerakan riuh-rendah. Gedung-gedung pencakar langit, yang dia pandang sebagai ‘benteng modal’, mengingatkannya pada “gambar tua menara-menara di Bologna dan Florence.”   Dia pun mengkontraskan tumpukan menjulang kapitalisme tersebut dengan rumah-rumah mungil profesor perguruan tinggi Amerika: “ Di tengah massa itu, segala individua

Pemuda Weber

       Masa sekolah menengah Weber berakhir pada musim semi 1882. Berkat bakatnya yang luar biasa dia tidak perlu “tegang”. Meski begitu, guru-gurunya menegaskan bahwa anak itu tidak rajin belajar rutin dan meragukan “kematangan moral”nya. Seperti kebanyakan pemikir abad sembilan belas, Weber menimbulkan kesan kurang menyenangkan bagi gurunya. Usia tujuh belas, anak muda canggung dengan bahu tak kokoh itu terlihat masih membutuhkan respek selayaknya pada otoritas.       Weber pergi ke Heidelberg dan, mengikuti jejak ayahnya, mendaftarkan diri sebagai mahasiswa hukum. Dia juga mempelajari berbagai bidang budaya, termasuk sejarah, ekonomi, dan filsafat, yang di Heidelberg diajarkan oleh para sarjana terkemuka. Dia mendapatkan keanggotaan sementara dalam perkumpulan duel ayahnya, pengaruh ayahnyalah yang membawanya masuk lingkaran semacam itu. Dari pihak ibunya, berkat seorang kakak sepupu yang belajar teologi, putra sejarawan Strassburg, Baumgarten, dia terlibat dalam kontroversi teo

Max Weber Remaja

Image
Weber Bersaudara, dari kiri ke kanan: Max, Alfred, Karl.       Max Weber dilahirkan di Erfurt, Thuringia, pada 21 April 1864. Ayahnya, Max Weber, Sr., seorang ahli hukum yang cakap dan penasihat kota, berasal dari keluarga pedagang linen dan produsen tekstil di Jerman bagian barat. Pada 1869, keluarga Weber pindah ke Berlin – tak lama kemudian menjadi ibu kota Reich Bismarck yang berkembang. Di kota itu Weber, Sr., menjadi seorang politikus cemerlang, aktif di dewan legislatif kota Berlin, dewan legislatif Prusia, dan Reichstag baru. Dia tergabung dalam kubu liberal sayap kanan yang dipimpin bangsawan Hanover, Bennigsen. Keluarga itu menetap di Charlottenburg, waktu itu termasuk kawasan barat pinggir kota Berlin, di mana para pemuka akademik dan politik bertetangga. Di rumah ayahnya, Weber muda mengenal orang-orang seperti Dilthey, Mommsen, Julian Schmidt, Sybel, Treitschke, dan Friedrich Kapp.        Ibu Max Weber, Helena Fallenstein Weber, adalah seorang wanita Protestan ter