Posts

Showing posts from November, 2013

Max Weber, Akademikus Paripurna

     Sekembali ke Jerman Max Weber memulai lagi tulisannya di Heidelberg. Dia merampungkan bagian kedua Etika Protestan , yang dalam sepucuk surat pada Rickert dia sebut “Asketisisme Protestan sebagai fondasi peradaban vokasional modern—semacam konstruksi ‘spiritualis’ ekonomi modern.”      Revolusi Rusia pertama mengarahkan kembali kerja kesarjanaannya; dia belajar bahasa Rusia, di tempat tidur sebelum bangun setiap pagi, agar bisa mengikuti berita-berita di surat kabar harian Rusia. Lalu dia menuliskan “berita-berita itu dengan penanya agar menjadi sejarah harian.” Pada tahun 1901 dia menerbitkan dua esai utama tentang Rusia, “Situasi Demokrasi Borjuis di Rusia” dan “Transisi Rusia menuju Konstitusionalisme Semu”.      Para ilmuwan sosial terkemuka, seperti Schmoller dan Brentano, mendorongnya agar kembali memangku jabatan profesor, tetapi Weber merasa tidak sanggup. Untuk sementara dia hanya ingin menulis. Tetapi, karena dihargai pada tataran universal, dia tidak kuasa untuk

Weber di Amerika

     Hugo Münsterberg, kolega Weber saat masih Freiburg, turut menyelenggarakan “Kongres Seni dan Ilmu Pengetahuan” sebagai bagian dari Universal Exposition 1904 di St. Louis. Diundangnya Weber (bersama Sombart, Troeltsch, dan banyak lagi yang lainnya) untuk menyampaikan makalah dalam Kongres itu. Bersama istrinya, Weber bertolak ke Amerika pada bulan Agustus.      Weber ingin memasuki dengan simpatik sebuah dunia baru tanpa mengesampingkan kapasitasnya melakukan penilaian yang diperlukan kelak di kemudian hari. Dia terpesona melihat jam-jam sibuk di Manhattan yang dipandanginya dari Jembatan Brooklyn sebagai sebuah panorama transportasi massa dan pergerakan riuh-rendah. Gedung-gedung pencakar langit, yang dia pandang sebagai ‘benteng modal’, mengingatkannya pada “gambar tua menara-menara di Bologna dan Florence.”   Dia pun mengkontraskan tumpukan menjulang kapitalisme tersebut dengan rumah-rumah mungil profesor perguruan tinggi Amerika: “ Di tengah massa itu, segala individua

Pemuda Weber

       Masa sekolah menengah Weber berakhir pada musim semi 1882. Berkat bakatnya yang luar biasa dia tidak perlu “tegang”. Meski begitu, guru-gurunya menegaskan bahwa anak itu tidak rajin belajar rutin dan meragukan “kematangan moral”nya. Seperti kebanyakan pemikir abad sembilan belas, Weber menimbulkan kesan kurang menyenangkan bagi gurunya. Usia tujuh belas, anak muda canggung dengan bahu tak kokoh itu terlihat masih membutuhkan respek selayaknya pada otoritas.       Weber pergi ke Heidelberg dan, mengikuti jejak ayahnya, mendaftarkan diri sebagai mahasiswa hukum. Dia juga mempelajari berbagai bidang budaya, termasuk sejarah, ekonomi, dan filsafat, yang di Heidelberg diajarkan oleh para sarjana terkemuka. Dia mendapatkan keanggotaan sementara dalam perkumpulan duel ayahnya, pengaruh ayahnyalah yang membawanya masuk lingkaran semacam itu. Dari pihak ibunya, berkat seorang kakak sepupu yang belajar teologi, putra sejarawan Strassburg, Baumgarten, dia terlibat dalam kontroversi teo

Max Weber Remaja

Image
Weber Bersaudara, dari kiri ke kanan: Max, Alfred, Karl.       Max Weber dilahirkan di Erfurt, Thuringia, pada 21 April 1864. Ayahnya, Max Weber, Sr., seorang ahli hukum yang cakap dan penasihat kota, berasal dari keluarga pedagang linen dan produsen tekstil di Jerman bagian barat. Pada 1869, keluarga Weber pindah ke Berlin – tak lama kemudian menjadi ibu kota Reich Bismarck yang berkembang. Di kota itu Weber, Sr., menjadi seorang politikus cemerlang, aktif di dewan legislatif kota Berlin, dewan legislatif Prusia, dan Reichstag baru. Dia tergabung dalam kubu liberal sayap kanan yang dipimpin bangsawan Hanover, Bennigsen. Keluarga itu menetap di Charlottenburg, waktu itu termasuk kawasan barat pinggir kota Berlin, di mana para pemuka akademik dan politik bertetangga. Di rumah ayahnya, Weber muda mengenal orang-orang seperti Dilthey, Mommsen, Julian Schmidt, Sybel, Treitschke, dan Friedrich Kapp.        Ibu Max Weber, Helena Fallenstein Weber, adalah seorang wanita Protestan ter

Sulitnya menerjemahkan Weber

Image
Max Weber       Seratus lima puluh tahun silam A. F. Tytler mengemukakan tiga Prinsip Penerjemahan : Memberikan transkrip lengkap ide-ide orisinal; meniru gaya pengarang aslinya; mempertahankan kemudahan teks aslinya. Dalam menyajikan tulisan terpilih Max Weber bagi khalayak pembaca berbahasa Inggris, kami berharap sudah memenuhi tuntutan pertama, yakni kesetiaan pada makna orisinalnya. Tuntutan kedua dan ketiga sering bisa diperdebatkan dalam terjemahan dari bahasa Jerman ke bahasa Inggris, dan, dalam kasus Max Weber, kedua tuntutan itu betul-betul bisa diperdebatkan.       Kejeniusan bahasa Jerman membolehkan suatu tradisi stilistika ganda. Salah satu tradisi sesuai dengan arah bahasa Inggris menuju kalimat-kalimat singkat dan jelas secara gramatikal. Kalimat-kalimat demikian memuat rangkaian pemikiran yang transparan di mana hal yang utama didahulukan. Friedrich Nietzsche, Georg Christoph Lichtenberg, dan Franz Kafka termasuk yang menonjol di antara para penganut tradisi i