Edgar Allan Poe: missing link antara Al-Qur’an dan sains
![]() |
Alam Semesta |
Oleh René van
Slooten
Tahun ini Hadiah
Nobel untuk fisika diberikan bagi penelitian tentang semesta yang mengembang.
Bagaimanapun juga, teori ‘Big Bang’
dan semesta yang mengembang ditemukan pada tahun 1849 oleh oleh Edgar Allan
Poe, yang mendapatkan inspirasi dalam Al Qu’an.
Teori ‘Dentuman
Besar’ dan semesta yang mengembang, adalah visi ilmiah modern yang umumnya
diterima mengenai kelahiran dan perkembangan semesta. Teori ini lazimnya
dihubungkan dengan astronom Amerika Edwin Hubble (1889-1953) tetapi itu tidak
sepenuhnya tepat, karena fondasi teoretis bagi teori tersebut diletakkan pada
tahun 1922 dan 1927 oleh ahli matematika Rusia Alexander Friedman (1886-1925)
dan astronom Belgia Georges Lemaître (1894-1966). Jadi, sebetulnya, dengan
pengamatannya Edwin Hubble hanya membuktikan sebuah teori yang sudah ada selama
beberapa tahun, tetapi tetap saja itu adalah capaian yang sangat mengesankan.
Namun, dalam
beberapa dekade menjadi jelas bahwa teori ‘Dentuman Besar’ bukanlah sebuah
produk modern, sains abad ke-20, karena teori itu sudah dikemukakan pada tahun
1848 oleh penulis Amerika Edgar Allan Poe, yang terilhami oleh Al Qur’an dalam
pencarian seumur hidup untuk mendapatkan sebuah alternatif bagi pendapat-pendapat
ilmiah pada masa hidupnya.
Romantisisme versus Pencerahan dan
sains
Edgar Allan Poe
(1809-1849) adalah penulis dan penyair Amerika yang menjadi salah seorang tokoh
terkemuka dalam gerakan Romantisisme sastra dan budaya/spiritual abad ke-19.
Romantisisme adalah sebuah gerakan yang kuat di dunia Barat, yang muncul dari
kemuakan mendalam dan ketidakpercayaan pada filsafat rasional, Pencerahan
ilmiah. Seperti semua penulis dan penyair romantis, Poe merasa bahwa Pencerahan
mengasingkan manusia dan akar-akar spiritualnya dan ikatan-ikatannya dengan
alam, oleh karena itu Romantisisme berusaha menutup atau bahkan merombak
kekurangan-kekurangan serius pandangan dunia ‘tercerahkan’dan ilmiah. Seperti
kebanyakan penganut romantisisme Poe juga mencari ilham di luar dunia Barat,
dan sejak muda sudah terpesona dan terilhami oleh budaya Timur Tengah, dunia
Arab dan Al Qur’an’; ringkasnya: Timur. Inspirasi ini sudah terungkap dalam
karya-karya awal Poe, seperti puisi-puisi ‘Al Araaf’dan ‘Israfel’, dan dalam judul
cerita-cerita pendek pertamanya, ‘Tales of Grotesque and Arabesque’. Insipirasi
oriental dalam karya Poe kini menjadi subjek penelitian keilmuan serius.
Pendapat-pendapat
ilmiah pada zaman Poe sepenuhnya didasarkan pada ide pokok sebuah semesta mekanistis
yang diatur oleh hukum-hukum alam abadi, tak berubah dan matematis, yang
disebut ‘semesta mesin jam’. Ide pokok ini muncul dari karya besar para ilmuwan
besar seperti Kepler, Newton dan Laplace, dan tampaknye merupakan fondasi tak
tergoyahkan lagi tak terbantahkan bagi semua ilmu alam. Maka ilmu pengetahuan
tentang hukum-hukum alam tersebut memungkinkan dimanfaatkan dan
dieksploitasinya alam bagi kepentingan seluruh umat manusia; sebuah filsafat
yang masih berdiri sangat kokoh hari ini walaupun kerugiannya menjadi semakin
terang di dunia Barat.
Bagaimanapun juga,
pandangan dunia ilmiah dan mekanistis juga punya sisi gelap: manusia sendiri
direduksi menjadi sekrup tak berarti dalam mesin semesta, tanpa kehendak bebas,
tanpa pengaruh nyata atas peristiwa-peristiwa, bahkan tidak atas hidupnya
sendiri, tanpa tanggung jawab dan tanpa rasa bersalah. Bahkan Tuhan menjadi tak
ada artinya dan tidak penting dalam semesta semacam itu (sebagaimana yang
benar-benar disampaikan Laplace kepada Kaisar Napoleon!)
Sudah barang tentu
pertimbangan-pertimbangan semacam itu sangat mencemaskan kaum romantis, dan
kecemaran ini juga tampak jelas dalam sebagian besar karya Poe, seperti dalam ‘The Pit and the Pendulum’ di mana
narator dibelenggu di dalam penjara matematis yang pelan-pelan mengancam
membunuhnya dan membuatnya gila. Pendulum dan penjara matematis dalam cerita
horor ini melambangkan semesta mesin jam, tetapi setidak-tidaknya ada enam
cerita utama karya Poe di mana kematian dan kehancuran spiritual muncul dari
jam!
Pencarian Poe, ‘Eureka’ dan Al Qur’an
Sepanjang hidupnya
Poe berjuang menemukan dan menciptakan sebuah semesta yang lebih baik, di mana
manusia bisa bebas dan bertanggung jawab penuh atas hidup dan tindakannya
sendiri. Namun, hal itu tidak bisa dilakukan tanpa membongkar sepenuhnya
pendapat-pendapat ilmiah yang berlaku pada masanya! Bagaimanapun juga, persis
itulah yang dilakukan Poe dalam karya besar terakhirnya, kosmogoni ‘Eureka. Sebuah esai tentang Semesta Material
dan Spiritual’. Dia menganggap itulah karya terbesar dan konklusifnya, yang
sesudah itu tak ada lagi yang akan ditulisnya (dan memang tidak ada, dia
meninggal dunia setahun kemudian).i
Kosmogoni dalam ‘Eureka’ dibangun di atas dua asumsi
dasar:
·
Seluruh semestas pada mulanya
terkandung dalam sebuah partikel yang satu dan tak terbagi.
·
Berkat perbuatan Tuhan, partikel itu
meledak menjadi sebuah nebulae yang terbagi sempurna dan mengembang, dari ditu
kemudian seluruh semesta berkembang pelan-pelan karena aksi berbagai daya alam
yang diciptakan bersama semesta itu, terutama daya gravitasi.
Tentu saja kedua
asumsi itu sama dengan pendapat ilmiah yang berlaku saat ini (kecuali
keterlibatan Tuhan), tetapi pada zaman Poe kedua asumsi itu sama sekali tidak
terdengar dan sepenuhnya berada di luar sudut pandang ilmiah. Bagaimanapun,
juga jelas bahwa mendekati akhir hidupnya Poe mendapatkan inspirasi dalam
Qur’an yang dia pelajari di masa mudanya,ii di mana sebuah proses
penciptaan yang identik digambarkan dalam kata-kata yang nyaris sama dalam Al
Qur’an surat ke-31 ayat 30 (pembelahan partikel tunggal orisinal), surat ke-41
ayat 11 (nebula asal) dan surat ke-51 ayat 47 (mengembangnya semesta).iii
Selain kedua asumsi dasar ini ada lebih banyak kemiripan antara Qur’an dan
Eureka, seperti keberadaan sebagai semesta ‘majemuk’ (misalnya dalam surat
ke-61 ayat 12) dan pembaruan semesta kita dalam sebuah proses siklis yang
mengulang-ulang sendiri selama-lamanya (surat ke 21 ayat 104 dan surat ke-39
ayat 67).iv Namun, baru selama sepuluh atau dua puluh tahun belakangan
saja para sarjana dan ilmuwan menemukan kembali ‘Eureka’ sebagai sebuah sumber sains modern,v selain itu
inspirasi ‘oriental’ Poe masih belum banyak diketahui, sehingga sebuah kajian
serius dan perbandingan Al Qur’an dan ‘Eureka’
masih harus dimulai.
‘Eureka’
dan sains modern
Setelah kepergian
Poe pada tahun 1849, dia dan karyanya dihujani kritik sengit dan membikin gempar di
Amerika Serikat. ‘Eureka’, utamanya,
dipandang sebagai bukti bahwa Poe menjadi gila menjelang akhir hidupnya, dan
karena itu dilupakan untuk waktu yang lama.
Tetapi di Eropa
berbeda keadaannya, karena beberapa penyair Prancis mendapati Poe sebagai
penyair dan penulis brilian. Penyair-penyair Prancis Charles Baudelaire
(1821-1867) dan Stéphane Mallarmé (1842-1898) menerjemahkan karya-karya Poe ke
dalam bahasa Prancis dan menjadikannya sangat terkenal di Eropa daratan. Di
Inggris hal yang sama dilakukan oleh John Ingram yang mengagumkan (1842-1916),
pegawai dinas pos London ini berjuang keras menjadikan Poe populer di Inggris.
‘Eureka’ juga diterjemahkan oleh
Baudelaire pada tahun 1859 dan dikagumi karena kekuatan visioner dan
spiritualnya, meskipun tidak ada yang bisa memahami arti penting ilmiahnya.
Rupanya, ide-ide revolusioner Poe tidak hanya dihargai tetapi juga ditakuti dan
dibenci oleh sementara kalangan. Akibatnya, ‘Eureka’ resmi dilarang pada tahun 1871 di Rusia era tsar, walaupun
karya-karya lain Poe sangat terkenal dan dikagumi di sana.
Meski begitu, di
Rusia jugalah ide-ide dari ‘Eureka’
masuk, dan mengubah secara radikal, sains untuk pertama kalinya, berkat ahli
matematika Rusia Alexander Friedman (1884-1925) yang terilhami oleh ‘Eureka’ ketika pada tahun 1922 dia
membuktikan bahwa semesta tidak mungkin statis, semesta pasti dinamis (entah
itu mengembang atau mengerut).vi Friedman menggunakan karya Albert
Einstein sebagai titik tolak bagi revolusi ilmiahnya, membikin berang Einstein
yang meyakini bahwa semesta itu statis (seperti yang diyakini semua ilmuwan
masa itu).vii Diperlukan waktu
bertahun-tahun bagi Einstein untuk mengatasi keberatan-keberatannya terhadap
gagasan-gagasan Friedman (dan dengan demikian Poe), serta mengakui bahwa dia
benar-benar sudah membuat kesalahan besar.
Beberapa tahun
kemudian, pada 1927, astronom dan pastor Belgia Georges Lemaître (1894-1966),
mengemukakan teorinya tentang penciptaan seluruh semesta dari sebuah partikel
tunggal yang meledak, ‘telur kosmis’. Karena Lemaître tertarik pada sastra dan
puisi, dan Poe sendiri sedemikian populer di Belgia, sudah tentu Lemaître juga
diilhami oleh ‘Eureka’. Yang jelas,
pada saat itu gagasan-gagasan revolusioner Poe sudah menjadi pengetahuan umum
di Eropa, sehingga hanya soal waktu saja gagasan-gagasan itu diadopsi oleh para
ilmuwan visioner seperti Friedman dan Lemaître (yang akhirnya menjadi penasihat
sains bagi Paus Pius XII dan Yohanes XXII).viii
Tetapi harus
diakui bahwa Al Qur’an adalah akar dari semua perkembangan ini, dan bahwa
banyak dari sains modern yang tak bakal terpikirkan tanpa kitab suci itu!
i.
Website www.poe-eureka.com
didedikasikan bagi Poe dan ‘Eureka’.
Situs ini juga memuat teks utuh tersebut dengan banyak catatan. Edisi-edisi
yang diterbitkan di Inggris adalah ‘Eureka’
dengan prakata oleh astronom dan produser BBC Sir Patrick Moore (Hesperus Press
Ltd; 2002; ISBN 1-84391-009-8) dan ‘The
Science Fiction of Edgar Allan Poe’ Penguin Classic yang layak
direkomendasikan, disunting oleh Harold Beaver (ISBN 0-14-043106-3).
ii.
Mengenai inspirasi Poe dari Timur lihat
misalnya http://www.eapoe.org/papers/psblcrts/pl20061.htm
iii.
Al Qur’an mengatakan bahwa partikel
tunggal asal “dipecah menjadi bagian-bagian’, tetapi tampaknya dalam suatu cara
yang menghasilkan segumpal ‘asap’ atau nebulae. Dengan tepat Poe memahami bahwa
hal itu pasti disebabkan oleh sebuah ledakan, sebuah fenomena yang tidak
diketahui ketika Al Qur’an diturunkan. Perlu diingat di sini bahwa Poe bertugas
beberapa tahun di Tentara AS, di mana dia dilatih sebagai seorang ‘artificer’ ahli ledakan.
iv.
Gagasan yang sama tentang gerak kembali
abadi juga memperoleh kedudukan sentral dalam filsafat Friedrich Nietzsce
(1844-1900). Masuk akal jika Nietzsche mendapatkan gagasan itu dari Poe (yang
karya-karyanya tak asing baginya), tetapi mungkin juga dari Al Qur’an.
v.
Lihat misalnya situs astronom Alberto
Cappi (Universitas Bologna, Italua): http://www.bo.astro.it/~cappi/poe.html
vi.
Lumrah diketahui bahwa Alexander
Friedman adalah pengagum Poe. Mengenai pengaruh Poe pada Friedman lihat juga
http://www.nytimes.com/2002/11/02/books/think-tank-what-did-poe-know-cosmology-nothing-but-he-was-right.html
vii.
Albert Einstein juga membaca ‘Eureka’, pada 1933 dan 1940 dia menulis
surat tentang itu kepada penulis biografi Poe, Richard Gimbel dan Arthur Quinn.
Surat-surat itu menunjukkan betapa karya Poe membuatnya bingung dan marah.
Mengenai surat-surat itu berikut komentar-komentarnya, lihat www.poe-eureka.com
viii.
Menarik untuk dicatat bahwa Friedman
dan Lemaître berdinas selama Perang Dunia Pertama, dan, seperti Poe, mereka
adalah ahli balistik dan ledakan. Ini mungkin membantu mereka menangkap dan
memahami visi Poe!
Comments
Post a Comment