Kutukan Emas


Kutukan Emas, Sejarah Uang, Jack Weatherford, penerjemah Noor Cholis
Sejarah Uang, Jack Weatherford

Suku Indian Quechua, yang menggali tambang dan mengambili mineral dari pegunungan Andes Bolivia, sibuk di bawah tanah dalam dunia temaram bercahaya redup yang dikuasai iblis dan istrinya. (Iblis mereka sapa “El Tío”, “Paman”, dan istrinya mereka sebut China Supay.) Hanya iblis yang kuasa mendatangkan atau menjauhkan uang, kesuksesan dan kekayaan bagi para penambang. Di permukaan tanah para penambang berdoa kepada Bunda Maria dan para santo memohon pertolongan dalam mengatasi persoalan kesehatan dan cinta, tetapi mereka juga memasuki altar-altar gelap di dalam tambang untuk minta kerelaan iblis dan istrinya. Bunda Maria dan para santo mengontrol air di permukaan bumi berikut tanaman, binatang, dan kesuburan, tetapi karena uang berasal dari emas dan perak yang datang dari wilayah kekuasaan iblis di dalam perut bumi, hanya iblis dan istrinya yang bisa memberikannya kepada manusia. Dalam beberapa hal, iblis para penambang Bolivia mirip dewa Pluto Yunani yang, selaku penguasa dunia bawah tanah, mempunyai kekuasaan mendistribusikan logam-logamnya dan karena itu dia juga menjadi dewa kekayaan.

Menurut cerita rakyat setempat, sebagian pemohon tamak menginginkan lebih dari sekadar kehidupan, lebih dari sekadar makan yang diperlukan sehari-hari. Mereka menginginkan kekayaan sesungguhnya. Untuk meraih kekayaan seperti itu, pemohon harus memberikan persembahan istimewa berupa manusia yang dikorbankan layaknya llama. Setiap kali ada mayat, hampir selalu tubuh seorang pemuda yang tadinya segar bugar, tergeletak di pegunungan dekat pertambangan, apalagi kalau punya tanda-tanda tak lazim, orang-perang Indian mengatakan ia dikorbankan untuk sang iblis dan China Supay. K’araku, kontrak emas, dengan iblis hanya dilakukan demi uang.

Selama hampir lima abad, orang-orang Indian Bolivia menambang cadangan perak terbesar di dunia, dan selama itu pula mereka adalah bangsa paling melarat di muka bumi. Maka tidak begitu mengherankan kalau, bagi mereka, sebuah kutukan sihir pasti dihubungkan dengan penambangan perak, percetakan koin dan pembuatan uang. Di sekeliling mereka, orang-orang Indian itu menyaksikan cukup bukti keampuhan kutukan dan perjanjian dengan iblis. Mereka menunjuk pada bukti sejarah seperti pembunuhan kaisar Inca terakhir, Atahualpa, oleh Pizarro, yang kemudian mewarisi seluruh kekayaan Imperium Inca. Mereka menyebut orang-orang sebangsa mereka yang mencetak jutaan dolar dalam perdagangan kokain dan yang hanya bisa melakukan tindakan itu berkat bantuan sang iblis dan istrinya. Apa lagi yang bisa dilakukan orang-orang tak berpendidikan itu dalam menentang segala upaya tentara Bolivia dan teknologi canggih pemerintah Amerika Serikat untuk menggulung mereka? Bahkan dalam kehidupan mereka sendiri, para penambang itu tahu mereka berisiko mengorbankan diri bagi kematian dini karena kecelakaan atau dirobek-robek kemiskinan, sementara orang lain, yang hidup jauh dari dan tidak pernah bekerja di pertambangan, menikmati hidup mewah para jutawan. Mereka bersikukuh bahwa ketimpangan dalam kemakmuran itu hanya bisa dijelaskan dengan sihir dan persembahan istimewa bagi iblis.



KEKAYAAN AMERIKA


Setelah kedatangan Columbus di Amerika pada tahun 1492, orang-orang Spanyol butuh waktu kurang lebih lima puluh tahun untuk menguras kekayaan besar yang dikumpulkan bangsa Indian. Orang Spanyol merampok ibu kota megah Aztec Tenochtitlán pada tahun 1521. Tak lama kemudian mereka ganti menyerang Amerika Tengah dan menaklukkan bangsa Chibcha di Kolombia, El Dorado yang asli, sebelum beralih menggempur bangsa Inca tahun 1530-an. Orang-orang Spanyol langsung melebur sebagian besar emas dan perak untuk dijadikan batangan agar mudah diangkut ke Eropa. Mereka membiarkan bentuk asli beberapa perhiasan yang tidak lazim seperti matahari raksasa dari emas dan replika tanaman emas maupun perak dari taman kaisar Inca, mengapalkan jarahan itu ke Spanyol untuk memberi tahu raja mereka negeri macam apa yang mereka taklukkan untuknya.
Setelah setengah abad menggarong tiada henti, orang-orang Spanyol kehabisan bangsa Indian kaya untuk ditaklukkan. Membutuhkan sumber-sumber kekayaan baru, mereka mengalihkan perhatian ke sumber emas dan perak—pertambangan. Di Meksiko dan Peru mereka menemukan lebih banyak cadangan emas dan perak ketimbang yang pernah diproduksi tambang-tambang kecil Bohemia dan tempat-tempat lain di Eropa. Tanpa membuang-buang waktu Spanyol memperluas penambangan cadangan itu, dan tambang-tambang perak Meksiko serta Andes membuat Spanyol tampil sebagai bangsa terkaya di dunia, tetapi masyarakat dan budaya Spanyol harus membayar sangat mahal untuk kekayaan itu. 
Pada tahun 1536, hanya lima belas tahun setelah penaklukan oleh Cortez, pemerintah Spanyol mendirikan sebuah percetakan uang logam di Meksiko untuk membuat koin dari cadangan perak melimpah ruah itu. Para pejabat kolonial minta izin untuk mendirikan percetakan uang di Lima (1568), lalu di Potosí (1574).
Saat itu Spanyol memiliki Amerika, kecuali wilayah paling timur Amerika Selatan, yang menjadi Brazil Portugis. Para monarki memiliki tanah berkat sebuah Keputusan Paus yang ditopang Traktat Tordesillas yang ditandatangani pada 7 Juni 1494 oleh Castile dan Portugis. Selaku juru bicara Tuhan, Paus bisa memberikan tanah-tanah semacam itu yang ia pandang cocok. Selain dukungan Tuhan, kedua kekuatan itu mendapatkan tanah berkat hak untuk menemukan dan menaklukkan. Hal ini memberi mereka beberapa landasan teoritis yang dipakai untuk memaksakan klaim mereka. Dengan dukungan Tuhan dan Paus, Spanyol dan Portugis tidak perlu melakukan penandatanganan traktat bohong-bohongan dengan penduduk pribumi, seperti yang di kemudian hari dirasa perlu dilakukan Inggris dan negara-negara Eropa lain agar kekuasaan mereka terlihat sah. 
Agar perak terus mengalir, para pejabat Spanyol merombak total kehidupan sosial bangsa pribumi. Setibanya di Meksiko dan Peru, Spanyol mendapati masyarakat petani Indian yang bercocok tanam dan membayar pajak serta upeti kepada kepala suku setempat dan penguasa pusat. Dengan cepat penjajah Spanyol mengubah bangsa-bangsa merdeka itu menjadi koloni-koloni yang diorganisir di sekitar sebuah aktivitas tunggal: penambangan emas dan perak. Pertanian dipandang penting bagi otoritas kolonial karena memproduksi makanan bagi para penambang, yang tidak bisa berhenti menambang untuk mengolah lahan mereka. Peternakan juga penting karena menghasilkan kuda, bagal, dan sapi untuk angkutan dari dan ke tambang, juga sapi betina untuk diperah susu dan dimakan dagingnya. Jalan juga penting karena memudahkan pengangkutan material dan manusia ke tambang dan perak ke pantai untuk dikapalkan ke seberang lautan.

JEMBATAN PERAK
Peperangan dan pertarungan antara berbagai negara Eropa dari abad keenam belas hingga kedelapan belas berputar-putar pada penguasaan atas kekayaan bangsa Amerika dan perdagangan dengan Asia. Mula-mula Spanyol memerangi Portugis, lalu keduanya bersama-sama melawan Inggris, Perancis dan Belanda.

Dari tahun 1500 hingga 1800 tambang-tambang Amerika menghasilkan 70 persen emas dan 85 persen perak dunia. Jumlah emas dan perak yang dikeruk dari tambang-tambang Amerika meningkat setiap abadnya ketika cadangan-cadangan baru ditemukan dari Kanada hingga Chili. Bahkan sampai permulaan abad kesembilan belas, ketika koloni-koloni Spanyol bersiap-siap merebut kemerdekaan, Meksiko saja memproduksi separuh hasil perak tahunan dunia. 

Orang-orang Indian yang menggarap pertambangan tidak tahu bagaimana harus menghitung jumlah perak yang mereka hasilkan untuk dikapalkan ke luar negeri, tetapi tradisi lisan menuturkan bahwa mereka menambang perak cukup banyak untuk membuat jembatan dari Amerika ke Spanyol. Logam mulia mengucur dari tambang-tambang dan dibawa pergi dari Amerika dalam jumlah yang belum pernah dikenal sebelumnya dalam sejarah. Galleon (kapal layar bertiang tiga Spanyol) mengangkut emas dan perak dari Karibia ke Spanyol, dan dari sana para pedagang berbagai bangsa menyebarkannya ke seluruh Eropa dan Mediterania. Dari Acapulco setiap tahun galleon Manila berlayar dengan muatan perak untuk diangkut ke koloni Spanyol di Filipina. Dari Manila, para pedagang lain memperdagangkan perak menyusuri pesisir Asia dari Siam hingga Siberia.

Koloni Portugal tidak punya perak Meksiko dan Peru. Para pejabat Portugis tidak pernah menadahi aliran ajek kekayaan dari koloni seperti dinikmati kolega Spanyol mereka. Monarki dan aristokrasi Portugis umumnya tidak mempedulikan Brazil pada mulanya dan lebih memperhatikan perdagangan lebih menguntungkan mereka dengan India dan Kepulauan Rempah-rempah. Bagi pemerintah Portugis, Brazil hanyalah koloni nomor dua yang menghasilkan gula murah dan membeli banyak budak tetapi sedikit memberikan barang-barang eksotis yang dihasilkan koloni-koloni di Afrika dan India. 

Ketidakpedulian Portugal terhadap koloni Amerikanya berakhir secara dramatis pada tahun 1695 dengan serangkaian boom emas Brazil. Para prospektor mendapati bahwa beberapa bagian tanah datar aluvial Brazil mengandung cadangan melimpah butiran dan bongkahan emas, penggaliannya membutuhkan banyak kerja tetapi teknologi yang diperlukan relatif sederhana. Distrik Minas Gerais (Pertambangan Besar), sebelah utara Rio de Janeiro, menjadi pusat produski emas dunia. Tidak seperti Spanyol, yang sangat mengandalkan tenaga kerja Indian untuk pertambangan mereka di Meksiko dan Peru, Portugis mengimpor budak-budak Afrika untuk menggarap tambang. Penekanan Brazil pada penambangan emas menjadi sedemikian obsesif dan pentingnya dalam perekonomian kolonial sampai-sampai otoritas Portugis menyatakan sebagai pelanggaran hukum keterlibatan dalam segala aktivitas bisnis di Minas Gerais yang tidak punya sangkut-paut dengan atau mendukung penambangan emas.

Produksi emas di Brazil kolonial mencapai puncaknya dalam dua dekade antara 1741 dan 1760 ketika produksi rata-ratanya lebih dari 16 ton setahun (14.600 kg). Penambangan dan pengangkutan emas membutuhkan tenaga kerja sekitar 150.000 budak, kira-kira setengah dari keseluruhan populasi Minas Gerais.

Para prospektor menemukan deposit emas lain dan batu mulia jauh ke barat di provinsi Goiás dan Mato Grosso. Selain aliran emas, orang Brazil mempersembahkan sekitar tiga juta karat berlian bagi kas raja-raja Portugis. Untuk mendapatkan emas dan permata, orang-orang Brazil merambah makin dalam lagi di benua itu dan dengan senang hati melanggar jauh garis yang ditetapkan dalam Traktat Tordesillas sebagai pemisah koloni Portugis dari kepunyaan Spanyol.


REVOLUSI HARGA: DARI KAYA RAYA KE MISKIN PAPA

Ketika raja-raja Spanyol menghambur-hamburkan kekayaan mereka untuk petualangan luar negeri dan perang, raja-raja Portugis menyia-nyiakan kekayaan mereka untuk istana, prosesi megah, dan pesta pora. Para penguasa memboroskan uang untuk kemewahan berlebihan dan mengucurkan uang dan hadiah ke tangan kerabat mereka, para kekasih, dan orang-orang kesayangan istana.
Kekayaan itu sesungguhnya adalah berkah sekaligus kutukan bagi pemerintah dan rakyat Spanyol maupun Portugis. Kekayaan itu menyebabkan inflasi gila-gilaan—makin banyak orang punya perak, makin banyak barang yang ingin mereka beli, dan semakin orang menginginkan barang-barang itu, makin tinggi pula harga yang harus mereka bayar. Jumlah barang yang diproduksi tidak bisa mengimbangi volume perak yang didatangkan dari Amerika; akibatnya, inflasi meroket, sehingga menggerogoti nilai perak dan emas. Petani, peternak, tukang, dan pelaku industri manufaktur Spanyol hanya memproduksi sedikit barang; sehingga barang-barang itu harus diimpor dari negara-negara lain, yang makin membengkakkan biaya dan mepergencar aliran perak ke luar negeri hingga bisa dikatakan perak pergi secepat ia datang. Italia menjual kepada mereka perabot kaca, Hongaria menjual tembaga, Inggris menjajakan wool, dan Belanda menawarkan senjata. Sedemikian banyak perak diekspor Spanyol sampai-sampai pengirimannya susah ditangani; biro perkapalan luar negeri harus mengambil alih karena sebagian besar armada Spanyol sibuk mengangkut perak dari Amerika ke Spanyol. 
Raja-raja Spanyol mempergawat situasi finasial mereka dengan mengusir kaum Yahudi dan Muslimin pada tahun 1492, tahun yang sama ketika Isabella dan Ferdinand menyatukan negeri dan Columbus menempuh pelayaran pertama ke Amerika. Kebanyakan orang Spanyol Kristen pada saat itu bekerja sebagai petani, menanam anggur dan zaitun, beternak sapi dan kambing, atau menjadi tentara. Entah tentara entah petani, mereka tidak cukup berpendidikan; mereka tidak mengerti baca tulis, juga tidak tahu menahu soal angka. Orang Yahudi dan Arab adalah kelas terpelajar administrator dan pedagang; tanpa mereka, bangsa Spanyol terbukti amat tidak cakap mengelola urusan keuangan dan perdagangan. Orang dari berbagai bangsa bergegas menolong Spanyol. Para pedagang Italia, lintah darat Jerman, dan orang-orang manufaktur Belanda dengan gesit mengisi kekosongan merkantil yang ditinggalkan bangsa Yahudi dan Arab, tetapi mereka membawa pulang keuntungan ke negeri masing-masing. Tanpa kelas pedagang pribumi, bangsa Spanyol cuma bisa memandangi emas mereka mengalir lewat tangan mereka ke pundi-pundi negara-negara Kristen Eropa lainnya.
Menggambarkan dampak perak Amerika terhadap Eropa, Voltaire menulis bahwa kekayaan “masuk kantong Perancis, Inggris, Belanda yang berdagang di Cadiz menggunakan nama-nama Spanyol; dan yang mengirim ke Amerika produk-produk manufaktur mereka.” Ia menambahkan bahwa “sebagian besar dari uang itu melayang ke Hindia Timur untuk membayar rempah-rempah, sendawa, gula, manisan. teh, kain, berlian, dan monyet.” 
Pengapalan perak dari Amerika tiba setahun sekali, tetapi para raja biasanya sudah membelanjakan bagian mereka sebelum kiriman sampai. Untuk itu, mereka harus meminjam uang sebelum kapal tiba tanpa tahu berapa perak yang mungkin saja tenggelam atau dicegat bajak laut. Pada awalnya raja meminjam uang kepada rakyatnya yang setia, tetapi karena raja tidak merasa wajib mengembalikan, rakyat yang sudah dipajaki berlebihan menyembunyikan uang mereka dan tidak sudi lagi memberi pinjaman. 
Para raja itu pun berpaling ke kreditor luar negeri. Walaupun raja-raja Spanyol menguasai salah satu imperium terluas dan terkaya di dunia, mereka rak putus mengharap belas kasihan para bankir dan kreditor mereka di Italia, Jerman dan Belanda dengan suku bunga hingga 18 persen per tahun. Pada tahun 1575, Philip II tidak mau membayar para kreditornya, para kreditor itu pun menghentikan kucuran dana ke tentara Philip II di Belanda Spanyol. Tahun berikutnya tentara itu memberontak dan menggasak kota Antwerp sebagai ganti gaji mereka yang tidak dibayarkan. Perdagangan dan pajak yang terhenti ini semakin mengancam kedudukan Philip dan memaksanya membayar ongkos lebih mahal ketimbang seandainya ia terus membayar para bankir Genoa.
Raja Philip II terus-menerus meminjam uang untuk membiayai petualangannya. Ia mengirim Armada Spanyolnya yang mahal dan sarat malapetaka untuk melawan Inggris pada tahun 1588, dan Spanyol melancarkan serangan terhadap kaum Protestan di Belanda pada tahun 1568 dan 1618, memerangi pemberontakan di Jerman pada tahun 1540-an dan 1550-an, melancarkan perang melawan Turki Usmani pada 1530an dan 1570-an.

Pada tahun 1640-an banyak provinsi di Spanyol sendiri yang memberontak menentang pajak berat dan pemerintahan represrif monarki Hapsburg. Dalam beberapa tahun, pengeluaran Mahkota menggelembung tiga kali lipat daripada pemasukannya. Kaum aristokrat dan orang kebanyakan juga mengutang dalam jumlah lebih kecil, menjadikan Spanyol sebagai bangsa pengutang terbesar di dunia dan berujung pada kebangkrutan nasional. Kebangkrutan pertama terjadi pada tahun 1557 di bawah pemerintahan Philip II; kebangkrutan berikutnya menyusul pada tahun 1597, setahun sebelum Philip mangkat.

Emas membawa pengaruh sama persis bagi Portugal seperti pengaruh perak terhadap Spanyol. Emas menciptakan kerakusan akan barang-barang baru, tetapi Portugal cuma punya sedikit produksi di luar anggur, sumbat botol, dan ternak. Guna mencukupi kebutuhan, Portugal berpaling kepada Inggris untuk mendapatkan barang-barang manufaktur. Kedua negara itu meresmikan hubungan mereka dengan traktat pada tahun 1703, lalu semakin banyak saja emas dan anggur Portugis yang mengalir ke Inggris.

EMAS BAROK
Seperti lazimnya orang ketika disodori kesempatan, orang Spanyol memperturutkan kata hati dalam pameran vulgar emas. Era barok dan rokoko Spanyol boleh jadi tak akan pernah tertandingi dalam hal penggunaan secara royal emas untuk dekorasi. Mereka melapisi dinding relief emas buah-buahan, malaikat bocah, jambangan, dan karangan bunga meliuk-liuk. Mereka menggunakan emas untuk bingkai jendela, cermin dan hiasan dinding. Mereka menggunakan helaian emas di pintu dan langkan. Mereka melapisi kereta kencana dengan emas, juga melapiskannya pada rangka kayu kursi, sofa, tempat tidur, peti dan lemari. Mereka mengoleskannya pada senapan berburu dan belati mereka. Mereka melapiskannya pada ikat pinggang dan logam penghias sepatu. Mereka membuat perlengkapan makan dan kotak tembakau dari emas. Mereka melapisi buku dengan logam ornamen emas dan menambahkan engsel emas pada jilidannya. Mereka menyulamkan benang emas pada busana mereka dan sarung kursi maupun taplak meja, tirai dan permadani. Itu belum cukup, mereka pun memboros-boroskan emas dan perak untuk pakaian penuh aksesori pembantu rumah tangga, kusir, dan pelayan ruang makan mereka.

Konon beberapa benda altar di katedral Toledo dibuat dari emas yang dibawa Columbus sendiri dari Amerika dan dipersembahkan kepada ratu Isabella. Di Roma, tradisi mengatakan bahwa langit-langit basilika Santa Maria Maggiore dipalisi emas Amerika pertama yang disumbangkan kepada Paus Alexander VI. Kekayaan baru dari Amerika menghidupkan kembali gereja-gerakan Katolik yang lunglai dan mendanai gempurannya terhadap gelombang pasang Protestantisme di utara. Karena Protestantisme mencela kegemaran sok pamer dan beralih pada bentuk-bentuk arsitektur dan dekorasi yang amat sederhana, gereja Katolik yang baru saja diperkaya menyokong dekorasi berlebihan sebagai cara memelihara dan mengilhami para pengikutnya.

Meniru para raja dan Paus mereka, kaum aristokrat kaya menghambur-hamburkan lebih banyak emas dan dekorasi rumit di gereja dan katedral ketimbang di istana-istana mereka. Mereka menyembunyikan langit-langit dan dinding gereja tua di balik kawanan malaikat emas yang mengibarkan panji-panji emas dan menghubungkan satu malaikat dan malaikat lainnya dengan rangkaian panjang bunga emas, daun, dan keranjang-keranjang buah emas. Dari setiap sudut dan dari balik setiap tepi langit-langit menyembul wajah-wajah menggemaskan bocah-bocah bandel malaikat emas bersenjatakan busur dan anak panah emas.

Jemaat yang taat melapisi patong-patung santo mereka dengan helaian emas dan mendandani mereka dengan busana sutera bersulam benang emas dan perak. Untuk menegaskan kilauan emas di dalam gereja, para arsitek membuat jendela-jendela baru di dinding, membuka jendela atap, dan memasang cermin berlapis emas di ceruk-ceruk dinding. Hal itu dimaksudkan agar pantulan cahaya menimpa emas dan membuatnya bersinar dan berkilau dramatis dalam interior gereja yang baru saja diterangi dan bermandikan sinar matahari. Para artisan mengolah kelebihan emas dan perak menjadi pernik-pernik hiasan meja, dekorasi untuk bagian tengah gereja, dan perangkat-perangkat kebaktian. Mereka melakukan apa saja yang bisa dilakukan dengan emas kecuali memakan atau menginvestasikannya. Era itu, dikenal sebagai Siglo de Oro (Abad Emas), menandai puncak tertinggi peradaban Spanyol.

KEBUDAYAAN UANG
Walaupun Spanyol dan Portugal menemui banyak kesulitan dalam mengelola emas dan perak yang mereka ambil dari Amerika sesudah tahun 1500, banyak tempat-tempat lain di muka bumi yang meraup keuntungan besar. Penyebaran emas dan perak Amerika melintasi samudera Atlantik dan Pasifik membuka era perdagangan modern. Sepanjang abad keenam belas dan ketujuh belas koin perak dan bahkan koin emas menjadi lebih mudah didapat ketimbang pada masa-masa sebelumnya dalam sejarah. Penggunaan koin-koin logam mulia itu tidak akan lagi hanya terbatas pada orang-orang kaya. Kini pembuat roti bisa menggunakan koin untuk membeli tepung dari tukang giling, yang lalu menggunakannya untuk membeli gandum dari petani, yang kemudian memakainya untuk membeli roti dari tukang roti. Tukang jagal, penenun, tukang reparasi roda, perempuan penjahit, tukang mewarnai kain, kusir, dan tukang reparasi tong mulai lebih sering membeli bahan baku dan menjual produk mereka dengan uang daripada melalui barter dengan barang dan jasa lain. Lama kelamaan pajak dan iuran gereja juga lebih banyak dibayar dengan uang ketimbang dengan hasil bumi.

Persis seperti revolusi perbankan meningkatkan jumlah uang dalam peredaran dan memasukkan semua pedagang dari seluruh Eropa barat ke dalam sebuah sistem perdagangan dan keuangan tunggal, meningkatnya koin perak membawa kelas-kelas lebih rendah ke dalam sistem itu. Penemuan kekayaan melimpah Amerika menghasilkan  dampak yang jauh lebih langsung terhadap kehidupan orang awam ketimbang yang dilakukan revolusi perbankan. Profesi-profesi yang secara tradisional bergantung pada uang seperti tentara, seniman, pemusik, dan tutor menjadi kian terfokus lagi pada pembayaran ketimbang pada pertukaran jasa seperti kamar dan pondokan atau ransum yang dibayar dalam bentuk roti, alkohol dan garam. Bahkan para pelacur dan pengelola penginapan menjadi semakin enggan menerima pembayaran berupa hasil bumi; mereka juga menginginkan koin emas atau, setidak-tidaknya, koin perak.

Terutama pada abad ketujuh belas, alokasi baru kekayaan memunculkan sebuah kelas menengah pedagang. Pada gilirannya mereka melahirkan berbagai profesi baru yang berpusat pada uang. Ketika perbankan berkembang meluas, para makelar muncul sebagai orang yang mempunyai keahlian khusus dalam menjual dan membeli apa saja dari real estat hingga saham dalam suatu pelayaran dagang ke Cina. Orang-orang asuransi mengkhususkan diri pada penyebaran risiko satu perjalanan atas banyak perjalanan lainnya.

Semua profesi baru ini menciptakan sumber-sumber kekayaan baru yang, hingga saat ini, kecil dan tidak penting, atau sepenuhnya tidak dikenal, dalam masyarakat aristokratik. Dalam masyarakat feodal, kekayaan berasal dari gelar, privilese, dan tanah yang dihibahkan oleh raja atau diambil paksa dalam peperangan. Kini manusia tanpa gelar, hibah, atau tanah punya uang lebih banyak yang bisa dibelanjakan daripada yang dipunyai para aristokrat lama. Dalam suatu era ketika perang makin menjadi tanggung jawab angkatan bersenjata profesional ketimbang kelas aristokrat, para pedagang yang tengah bangkit mendapati diri mampu membeli tanah dalam jumlah besar yang tidak perlu dirampas dalam peperangan. Dalam sistem sosial yang baru itu, gelar dan privilese semakin sering mengekor akumulasi uang keluarga dan pengaturan secara cermat perkawinan keluarga yang menguntungkan.

Pasokan koin yang lebih besar juga mempermudah perdagangan internasional dan ikatan keuangan yang mulai merajut berbagai perekonomian regional dunia. Para pedagang di luar Eropa tidak akan mau menerima surat wesel bankir Eropa, tetapi mereka menerima dengan senang hati koin-koin perak baru yang dicetak di Meksiko dan Peru. Dampak mula-mula terbesar terjadi di Afrika, di mana kekayaan baru merangsang pasar budak tradisional untuk berkembang lebih besar dari yang sudah-sudah. Dengan amat cepatnya menyusul pengerukan kekayaan Amerika, Afrika menjadi bagian dari perdagangan segitiga dengan Amerika dan Eropa. Budak-budak Afrika memenuhi perkebunan Karibia. Emas Amerika dan gula Karibia membanjiri Eropa. Selanjutnya banyak perak dan barang-barang manufaktur Eropa dibelanjakan di Afrika untuk membeli budak yang dikapalkan ke Amerika.

Sepanjang abad kedelapan belas, ikatan perdagangan merentang dari Atalantik utara dan tengah hingga menjamah samudera Pasifik dan Hindia dan, pada akhirnya, Artik sekalipun. Jaringan itu mengembang dari perdagangan budak hingga perdagangan rempah-rempah dengan Asia, perdagangan sutera dan porselin dengan Cina, perdagangan opium dengan India, dan perdagangan bulu binatang dengan Siberia, Kanada, dan Alaska.

Dalam menaklukkan Amerika, Spanyol membuka keran pipa yang memompa luapan perak ke perekonomian dunia baru, tetapi Spanyol tidak berdaya mengontrol alirannya. Kaisar Cina atau sultan Usmani, syah Persia atau czar Rusia terbukti tidak lebih cakap dalam menyalurkan dan mengontrol aliran itu ketimbang raja-raja Spanyol. Spanyol telah melepas sebuah kekuatan yang menjalar ke seluruh dunia dan bergerak dengan kekuatan sendiri, terlepas dari gereja maupun negara. Kekayaan dari Amerika itu menggila, dan dunia tidak akan pernah sama lagi. 

Dipetik dan diolah dari Jack Weatherford, History of Money, diterjemahkan oleh Noor Cholis dalam Sejarah Uang, PT Bentang Pustaka, Yogyakarta 2005. Resensi, antara lain, bisa dilihat di http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/8DCFCBCE-0709-40B7-843C-0D1FEC3FE61B/8036/resensi.pdf
Cuplikan lain The History of Money bisa dibaca di: sini
 

Comments

Popular posts from this blog

Rumah Jagal Lima (Slaughterhouse-Five)

Para Pembunuh

Contentious Politics (3)