Mengenal Kundera Dengan Sepotong Kalimat

terjemahan Noor Cholis penerjemah
Kekalan (akubaca, 2000)


Ketika terbit novelnya The Book of Laughter and Forgetting, 1980, Kundera mendapat sanjungan internasional yang luar biasa. Novelis John Updike menulis ulasan atas novel ini dengan judul: Buku yang Sungguh Orisinal Musim Ini. Untuk bukunya yang lain, The Unbearable Lightness of Being, terbit tahun 1984, novelis E. I. Doctorow menulis bahwa, “Pemikiran yang dipampangkan oleh Kundera sangat menyenangkan, dan subjek yang menjadi perhatiannya begitu mencemaskan.”
Tetapi kita di Indonesia tidak terlalu mengenal lelaki kelahiran Brno, Chekoslovakia, 1 April 1929, ini yang terusir dari tanah kelahirannya, yang di tahun 1975 memilih Prancis sebagai rumahnya yang baru, yang kemudian makin melambung popularitasnya di tanah pengasingan. Sebagian terbesar kita di Indonesia mengenal Kundera hanya melalui sepotong kalimat yang dikutip oleh penulis kita yang menulis di koran-koran atau majalah. “Perjuangan manusia melawan kekuasaan adalah perjuangan ingatan melawan lupa,” mungkin inilah kalimat Kundera yang cukup sering dikutip oleh para penulis Indonesia. Dan dalam waktu yang sangat lama, kita mengenal Kundera hanya melalui sepotong kalimat tersebut.
Jauh sebelum Kundera, kita telah mengenal Jaroslav Hasek yang memperkenalkan “semangat Praha” lewat Prajurit Schweik. Untuk ini, kita pantas berterima kasih kepada Penerbit PT. Pustaka Jaya yang menerbitkan terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia. Lewat keluguan Schweik kita seperti tengah bercermin dan melihat paras muka kita sendiri di dalamnya. Hanya orang biasa, yang diwakili oleh sosok Schweik si prajurit dungu, yang mampu menahan betapa pun beratnya tekanan.
Lama setelah itu, di tahun 1989, kita akrab dengan nama sastrawan Chekoslovakia yang lain, yakni Vaclav Havel. Tidak melalui karya sastranya. Namun melalui berita-berita politik tentang negeri komunis yang tengah bergolak itu, dan kemudian mencampakkan sistem komunisme untuk menjadi negara republik. Havel kemudian kita kenal sebagai presiden pertama Republik Cheko-Slovakia. Dan ia pula presiden terakhir negara tersebut karena primordialisme yang kental di antara suku bangsa Cheko dan Slovakia akhirnya memecahkan negeri tersebut menjadi dua negara—Cheko dan Slovakia.
Kini kami menghadirkan L’Immortalité, novel Kundera yang oleh beberapa pembaca disebut-sebut sebagai karya Kundera yang paling indah. Beruntung kami menemukan naskah wawancara Kundera dengan Olga Carlisle. Sebuah wawancara yang menarik: Kundera orang yang membenci Rusia karena invasi kaum Stalinis di negerinya telah menyebabkan Chekoslovakia ambruk dalam penderitaan, sementara Olga adalah penulis emigran asal Rusia, yang takut ditolak oleh Kundera karena asal usul Rusianya. Wawancara itu kami muatkan di bagian akhir buku ini, sekadar menambah informasi tentang Kundera, pemikirannya, dan proses kreatifnya sebagai seseorang yang terusir dari tanah kelahirannya.
                                                                                                          Yayasan akubaca

*
Tulisan di atas adalah Pengantar Penerbit (yang ditulis oleh AS Laksana) untuk terbitan Kekekalan (L’Immortalité) oleh Yayasan akubaca pada November 2000. Banyak kekurangan dalam terjemahan itu yang bukan tidak saya sadari. Karena berbagai hal, perlu waktu enam belas tahun bagi saya untuk mulai memperbaiki kekurangan dalam penerjemahan edisi itu dan menyempurnakannya dalam edisi revisi yang diterbitkan oleh Penerbit Kakatua, Yogyakarta (2017).
Novel terjemahan bagus Kekekalan karya Milan Kundera diterjemahkan oleh Noor Cholis
Kekekalan

Comments

Popular posts from this blog

Para Pembunuh

Rumah Jagal Lima (Slaughterhouse-Five)

Kekekalan (L'Immortalite), Milan Kundera