Ksatria Dagang (IV)

Sejarang uang dan bank
Florin bergambar sekuntum bunga lili dan Santo Yohanes Pembatis



KEAJAIBAN UANG BANK
Penggunaan surat wesel punya dampak menguntungkan lain bagi perdagangan: membantu mengatasi hambatan besar waktu, ketidakpraktisan koin dan kesukaran menanganinya dalam jumlah besar. Koin itu berat, susah diangkut, gampang dicuri, sering dipalsu, dan mengundang lusinan persoalan lain di jalan dengan keamanan buruk, di negeri-negeri bangsawan korup, dan di pekan raya atau pasar yang kadang-kadang dikelola secara buruk sebagai pusat-pusat perdagangan baru yang bermunculan di Eropa.
Uang bank Italia yang baru itu mendorong perdagangan dengan membuatnya bisa dilakukan jauh lebih cepat. Pada tahun 1338, pengiriman koin membutuhkan tempo tiga minggu dari Rouen di Prancis utara ke Avignon di selatan, perjalanan yang jauhnya cuma enam ratus kilometer lebih, dan pengiriman terancam bahaya hilang, dihadang perampok, atau dicuri sendiri oleh orang-orang yang dibayar untuk mengangkutnya. Sebaliknya, selembar surat wesel bisa dikirim cukup dalam delapan hari, kalaupun dicuri, pencurinya tidak akan bisa menguangkannya. Surat wesel, dengan kata lain, bergerak lebih cepat dan melindungi semua pihak yang terlibat dalam transaksi. Meskipun dikenai biaya ekstra 8 hingga 12 persen, selembar surat wesel terbukti lebih murah ketimbang ongkos menyewa pengawal bersenjata untuk mengirim koin emas dan perak atau emas lantakan. Surat wesel membantu membebaskan uang dari keterbatasan spasial.
Surat wesel juga membebaskan uang dari belenggu mata uang tunggal dan dari kelangkaan emas dan perak yang bisa saja terjadi di negara yang mencetak koin. Para saudagar bisa menentukan surat wesel dalam ducat Venesia, taler Saxon, florin Florence, testone Milan, ecu Perancis, atau lusinan mata uang lainnya. Persediaan surat wesel yang bisa ditulis dalam suatu mata uang tidak lagi tergantung pada persediaan emas dan perak yang dipunyai negara; ia cuma tergantung pada kepercayaan pedagang terhadap suatu mata uang. Jika mereka kehilangan kepercayaan terhadap suatu mata uang, dengan cepat mereka menulis surat wesel mereka dalam mata uang lain.
Surat wesel menciptakan uang baru dengan mendobrak keterbatasan fisik yang diakibatkan oleh penggunaan koin logam. Surat wesel itu beredar di kalangan pedagang sebagai semacam uang kertas. Meskipun layanan dan aktivitas bank masih terbatas di lingkungan orang yang relatif kecil jumlahnya dan tidak melibatkan kebanyakan petani atau penduduk kota, bank, pada kenyataannya, menemukan cara untuk mengedarkan lebih banyak uang.
Dalam sistem baru itu satu karung berisi seratus florin yang dulu teronggok bertahun-tahun dalam lemari besi seorang bangsawan kini bisa ditabung di sebuah bank Italia yang punya hubungan dengan berbagai cabang di seluruh benua. Bank pun bisa meminjamkan uang itu dan mengedarkan surat wesel sebagai uang. Sang bangsawan masih memiliki seratus florin, yang tersimpan di bank; bank punya seratus florin di bukunya. Pedagang yang meminjam florin bertambah kaya, dan orang yang memegang surat wesel kini juga punya seratus florin. Meski yang terlibat sebetulnya cuma seratus keping koin emas, keajaiban deposito perbankan dan utang telah mengubah koin-koin itu menjadi ratusan florin yang bisa dipakai oleh orang-orang yang berbeda di kota berbeda pada waktu yang sama. Uang perbankan baru ini membuka jalan besar perdagangan baru bagi para pedagang, pelaku industri manufaktur, dan investor. Semua orang punya lebih banyak uang; benar-benar ajaib.
Para pedagang Italia menjalankan bank sebagai usaha swasta yang berakar pada keluarga-keluarga seperti Peruzzi, Bardi, dan Acciaioli di Florence, yang punya kerabat di berbagai kantor cabang dari Cyprus hingga Inggris. Bersama-sama, keluarga-keluarga bankir Italia membiayai monarki Inggris di bawah Edward I dan Edward II dalam serangan untuk menaklukkan Wales dan Skotlandia. Dengan mendukung monarki Inggris, keluarga-keluarga bankir Italia mendatangkan lebih banyak uang ketimbang yang cuma mereka peroleh dalam bentuk bunga dari utang berisiko tinggi tersebut. Dengan raja Inggris sebagai debitor mereka, mereka memperoleh akses khusus ke pasar Inggris, lebih dari itu hubungan istimewa mereka dengan monarki memberi mereka semacam monopoli dalam pemasaran wool Inggris ke Eropa Daratan.
Berdasarkan kontrak yang ditandantangi Paus dan keluarga-keluarga perbankan Peruzzi dan Bardi pada tanggal 9 Juni 1307, uang yang dihimpun dari semua gereja Katolik di Inggris dan ditujukan untuk Paus akan didepositokan pada perwakilan Peruzzi dan Bardi di London. Mereka menyimpan uang sesungguhnya di London dan mengirim secarik surat wesel ke Italia, di mana bank membayar Paus dengan simpanan mereka. Lalu para bankir Peruzzi dan Bardi di London menggunakan uang yang dititipkan gereja itu untuk membeli wool Inggris, yang mereka kapalkan untuk dijual ke Eropa Daratan. Bank menyimpan hasil penjualan itu di Italia. Dengan begitu uang “berjalan” hilir mudik antara Italia dan Inggris dan di lingkungan pasar Eropa Daratan. Ia “bergerak” dari peti kas negara ke peti kas gereja; lalu menghampiri para bankir dan lembali kepada para pedagang, di mana ia bisa dibayarkan sebagai pajak sebelum memulai perjalanan baru. Semua itu bisa dilakukan tanpa melibatkan sekeping pun koin; pergerakan itu terjadi dalam buku catatan dan rekening. Perbankan merepresentasikan sebuah inovasi perdagangan yang merangsang perdagangan dalam setiap fasenya dan menguntungkan siapa saja—mulai dari petani sampai raja dan dari pastor desa hingga Paus—di mana pun keluarga bankir membuka kantor.
Surat wesel mendatangkan boom di pasar-pasar Eropa dengan membantu mengatasi persediaan koin emas dan perak yang sangat tidak memadai. Dengan membuat sistem bekerja lebih cepat dan lebih efektif, surat wesel meningkatkan jumlah uang dalam peredaran. Surat wesel itu sendiri juga menjadi uang ketika beralih ke pihak ketiga, keempat, dan kelima dengan cara persis sama seperti kita menerima uang kertas saat ini. Surat-surat itu beredar di seluruh Eropa sebagai mata uang kertas jenis khusus yang diterima oleh para pedagang di pusat-pusat perdagangan utama di seluruh Eropa Daratan.
Dengan menyebarnya perbankan Italia di seluruh Eropa, mata uang Florence dan Venesia menjadi dua mata uang standar Eropa Daratan. Dicetak pertama kali tahun 1252, koin Florence memuat gambar Santo Yohanes Pembaptis di satu sisi dan sekuntum bunga lili di sisi sebaliknya; koin emas ini menjadi terkenal sebagai fiorino d’oro, atau florin.Pihak kota mengelurakan florin dalam pecahan perak maupun emas, emas bernilai sepuluh kali perak. Pada suatu waktu ketika setiap kota dari segala ukuran atau merasa dirinya penting mencetak koin sendiri dengan ukuran dan nama sendiri, florin Florence, bersama ducat Venesia, membantu menstabilkan pasar di akhir Abad Pertengahan.
Seorang doge Venesia Giovanni Dandolo memperkenalkan ducat emas pada tahun 1284, dan terus digunakan selama enam abad. Ducat Venesia mendapat julukan zecchino menurut nama istana La Zecca, di mana koin-koin tersebut dicetak. Nama ducat berasal dari tulisan pada koin. Seperti gelar doge, yang digunakan oleh kepala republik Venesia, ducat terkait dengan duke dan duchy, dari kata Latin ducere yang berarti  “memimpin”. Ducat Venesia tidak berubah ukuran dan kemurniannya hingga kejatuhan Republik Venesia pada tahun 1797.
Bentuk-bentuk baru uang perbankan yang beredar di seluruh Eropa membutuhkan cara-cara baru mencatat pergerakan uang yang melintasi begitu banyak yurisdiksi dan dalam begitu banyak mata uang. Inovasi-inovasi di Florence menghasilkan tata buku entri ganda, sebuah bentuk sederhana dari asuransi maritim, dan salah satu inovasi yang paling penting: cek. Dalam bentuk-bentuk terdahulu perbankan, seseorang hanya bisa menabung atau menarik uang dengan datang sendiri menemui bankir, yang hanya akan memberikan uang jika si penabung sendiri memintanya secara verbal. Penarikan tertulis dianggap terlalu berisiko, karena permintaan semacam itu bisa dipalsukan dengan mudah kecuali orang yang bersangkutan datang sendiri menghadap seorang pegawai bank yang di kemudian hari bisa menjadi saksi, jika diperlukan. Baru pada akhir abad keempat belas penarikan tertulis pertama muncul dalam catatan Bank Medici. Cek-cek pertama itu makin meningkatkan kecepatan dan fleksibilitas sistem perbankan.
Para bankir Italia berkembang, tetapi seperti ordo Templar sebelum mereka, akhirnya mereka membentur kegagalan sebagai akibat dari keberhasilan mereka dan bisnis mereka dengan pemerintah. Beberapa keluarga bankir utama Italia mendukung Edward III pada permulaan Perang Seratus Tahun antara Inggris melawan Prancis, tetapi ketika Edward III gagal membayar utang pada tahun 1343, kebangkrutan itu mengakibatkan kebangkrutan bank-bank keluarga Florence terkemuka berikut banyak deposan mereka. Seluruh sistem uang yang didasarkan pada surat wesel pada akhirnya bertumpu pada kejujuran dan itikad baik para partisipan, tetapi ketika pemerintahan menjadi terlalu sarat dibebani utang, ia punya kekuasaan untuk membatalkan utang, dan itu meremukkan sistem. Kejayaan perbankan Italia berantakan laksana istana pasir diterjang gelombang pasang. Lalu, untuk menuntaskan nasib perbankan Florence, wabah Kematian Hitam pecah di Italia utara dan mencabik-cabik kawasan itu hingga 1348.
Walaupun keluarga-keluarga bankir generasi pertama Italia menimpakan malapetaka keuangan atas mereka sendiri dan kota Florence, perbankan sendiri mampu bertahan. Praktek-praktek inovatif mereka menyebar ke kota-kota lain, dan ternyata terlalu menguntungkan bagi para pedagang untuk dibiarkan mati begitu saja. Genoa dan Venesia menyambar jubah perbankan Florence, dan menjelang penghabisan abad keempat belas, Florence sendiri tampil kembali sebagai sebuah kekuatan perbankan internasional. Meski menderita kerugian besar-besaran pada abad keempat belas, perbankan bangkit kembali dengan semangat baru pada abad berikutnya di bawah kepemimpinan keluarga bankir terbesar Florence, Medici, yang memasuki perbankan sebagai pendatang yang relatif belakangan pada dekade-dekade akhir abad keempat belas.
Walaupun perbankan muncul semasa Renaisans Italia, ia tidak banyak mendapat penghormatan. Kerja mereka sebagai penukar uang dan nyaris seperti rentenir berkedok menempatkan para bankir pada kedudukan sedikit di atas mucikari, penjudi, dan penjahat-penjahat lainya. Dalam sistem aristokrasi Eropa yang didasarkan pada tanah dan gelar, kepemilikan kekayaan belaka memang memiliki signifikansi praktis tetapi tak ada prestisenya. Pada tahun 1581 sebuah ordonansi gereja Belanda melarang para bankir, bersama para pelaku profesi tak bermoral lainnya, menerima ekaristi. Ketentuan itu tetap berlaku hingga 1658. Banyak imam yang terus mengutuk pemungutan bunga sebagai tindakan melawan larangan Injil.
Agar menjadi terhormat setelah kaya raya, para bankir harus mendapatkan berbagai aksesori kehidupan akhir abad pertengahan. Mereka membutuhkan estate, istana-istana di perkotaan, gelar aristokrat, dan jabatan-jabatan tinggi gereja. Dalam upaya mereka memperoleh umpan-umpan jerat pemikat itu, keluarga-keluarga bankir kaya Eropa menciptakan Renaisans, tidak ada keluarga yang mendulang sukses dalam upaya itu seperti keluarga Medici yang datang belakangan.

Dipetik dari Jack Weatherford, The History of Money, Crown Publishers Inc, New York, 1997, diterjemahkan oleh Noor Cholis dengan judul Sejarah Uang, PT Bentang Pustaka, Yogyakarta (2005)


Comments

Popular posts from this blog

Para Pembunuh

Rumah Jagal Lima (Slaughterhouse-Five)

Kekekalan (L'Immortalite), Milan Kundera