Ksatria Dagang (I)
![]() |
Sejarah Uang, Jack Weatherford |
Dalam
iman ada keuntungan
—SAIKAKU
IHARA
Selasa, 12 Mei 1310,
serdadu-serdadu Prancis menjejalkan lima puluh empat pria terbelenggu ke dalam gerobak-gerobak
dan membawa mereka ke pedesaan di luar Paris, di sana serdadu-serdadu itu
melucuti pakaian para pesakitan dan mengikat mereka di tiang-tiang yang
dikitari tumpukan kayu bakar. Ketika para pesakitan itu menjerit-jerit beteriak
tidak bersalah, para penjaga menyalakan kayu bakar di bawah mereka. Kobaran api
merambat naik, menghanguskan rambut dan menjilat-jilat daging mereka. Panas
menyebabkan kulit-kulit melepuh itu meletus dan kulit mereka robek terkoyak
menganga saat lemak mencair lalu meleleh menuruni tubuh mereka bagai anak
sungai api. Gemuruh kobaran api perlahan-lahan menelan jerit orang-orang
terbakar.
Bersama eksekusi massal para
Ksatria Kuil Suci (Chevalier du Temple) di lapangan-lapangan dusun dekat
Biara Saint-Antoine, sistem perbankan internasional pertama Eropa pun
sempoyongan. Meskipun sebagian besar orang yang dibakar saat itu bukan pemimpin
puncak usaha finansial tersebut, sistem itu tidak pernah pulih dari eksekusi
yang banyak dipublikasikan atas para anggotanya berikut pelecehan publik
terhadap usaha mereka. Empat tahun berikutnya, bahkan para pemimpin orang-orang
itu yang pernah berkuasa juga menemui kematian mengerikan di sebuah pulau di
Sungai Seine, dan seluruh sistem perbankan mereka ambruk bersama punahnya ordo
mereka.
BANKIR
PERJAKA
Insititusi perbankan besar
pertama tidak lahir dari komunitas pedagang melainkan dari sebuah ordo aneh dan
tampaknya tidak mirip ordo ksatria agama: Templar. Dibentuk di Yerusalem
sekitar tahun 1118 oleh Tentara Salib, Ordo Militer Ksatria Kuil Salomo
mengabdikan hidup untuk melayani gereja dan, khususnya, untuk membebaskan Tanah
Suci dari tangan orang-orang Kafir. Para ksatria Templar di kemudian hari
menjadi pebisnis yang menjalankan korporasi perbankan internasional terbesar
dunia, yang mereka operasikan selama hampir dua ratus tahun. Sepanjang masa
itu, mereka meletakkan fondasi bagi perbankan modern, tetapi pekerjaan itu
mereka lakukan dengan harga sangat mahal yang harus mereka tanggung. Kesuksesan
mereka tidak cuma berujung pada kehancuran ordo tetapi juga penyiksaan dan
pembakaran para pemimpinnya di depan orang ramai.
Umumnya direkrut dari
anak-anak lelaki bukan sulung keluarga bangsawan, yang tidak mewarisi gelar
atau kekayaan, para ksatria itu menyerahkan diri bagi sebuah kehidupan berbakti
kepada gereja. Mereka hidup berdekatan dengan reruntuhan Kuil Salomo di
Yerusalem, dari tempat itulah nama mereka berasal. Mereka menunaikan tugas
khusus menjaga keamanan jalan bagi peziarah yang mendatangi Tanah Suci.
Para Kstaria Templar menempuh
hidup yang tidak mudah, setidak-tidaknya di tahun-tahun pertama. Meski
bertempur, dengan gigih, sehari mereka cuma mendapat dua kali makan dalam diam sambil
menyimak pembacaan kitab suci. Mereka makan daging cuma tiga kali sepekan.
Sebagai lambang kesucian, mereka mengenakan jubah putih berhiaskan salib merah
besar; rambut mereka selalu dipotong dan gundul layaknya rahib-rahib lain.
Pria berkeluarga boleh
bergabung, tetapi mereka harus menjalani kehidupan selibat terpisah dari
keluarga dan, walaupun demikian, tidak akan pernah mengenakan jubah putih
khusus bagi para bruder yang selamanya hidup sebagai perjaka dan tidak pernah kawin.
Semua ksatria harus menjauhi perempuan, tidak boleh mencium perempuan, yang
masih terhitung keluarga sekalipun. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya
segala interaksi tidak patut, ordo itu tidak punya cabang wanita dan, tidak
seperti ordo-ordo lain, anak muda tidak boleh masuk. Sebagai pencegahan pamungkas
terhadap dosa, para Templar tidur mengenakan baju dan celana panjang dengan
tali diikatkan di pinggang untuk mengingatkan mereka kepada sumpah selibat. Lilin
tidak dimatikan semalaman di kamar mereka demi menghindari segala tindakan
amoral yang dilakukan sendirian maupun dengan orang lain.
Pada abad kedua belas, menurut
keterangan seorang saksi mata, para ksatria itu
datang ke medan perang tanpa suara, tetapi saat menyerbu mereka
menyanyikan salah satu Mazmur Daud, “Bukan kepada kami, ya Tuhan.” Mereka
memegang teguh aturan perang sangat ketat yang nyaris tidak memberi peluang
untuk menyerah atau kalah dalam pertempuran. Karena kesediaan, bahkan
keinginan, mereka untuk mati, ordo Templar termasuk dalam jajaran prajurit
paling ditakuti di dunia. Para ksatria Templar menjadi model romantik para
ksatria dalam opera abad kesembilan belas Parsifal karya Richard Wagner.
Tetapi aturan paling ketat dan
rapi sekalipun selalu punya beberapa celah yang membesar dan meluas setelah
beberapa abad lewat hingga struktur aslinya berubah sampai-sampai tidak bisa
dikenali lagi. Meski dibentuk dalam kemiskinan mutlak, serangkaian Keputusan
Paus memberi ordo itu hak untuk menyimpan semua rampasan perang yang mereka
rebut dari kaum Muslimin selama Perang Salib. Layaknya semua ordo keagamaan,
mereka pun menerima hadiah dan wasiat dari orang-orang saleh di tanah air.
Hadiah dengan reputasi paling buruk datang dari Henry II, Raja Inggris yang
menyumbang uang bagi ordo Templar sebagai penebusan dosa atas pembunuhan Thomas
à Backet, uskup agung Canterbury, oleh empat ksatrianya pada tahun 1170. Sang
raja menyumbang uang yang cukup untuk menopang dua ratus ksatria dalam setahun
di Tanah Suci, dia juga meninggalkan wasiat 15.000 mark lagi bagi ordo Templar
dan ordo lainnya, Ksatria Hospitaler.
Tahun-tahun berganti, ordo
Templar makin banyak memperoleh tanah dan barang-barang berharga, semuanya
ditujukan untuk mendukung kerja ordo di Palestina. Secara teratur para ksatria
itu mengirim uang yang diperoleh dari estate Eropa mereka ke markas
besar mereka di Yerusalem.
Karena ordo Templar mempunyai puri-puri
paling kuat di dunia dan karena mereka adalah salah satu pasukan tempur paling
garang pada zamannya, puri-puri mereka merupakan tempat ideal untuk menyimpan
uang dan barang-barang berharga lainnya. Ksatria Templar yang garang dan terhormat
juga menawarkan sarana ideal pengangkutan jarak jauh barang-barang berharga
semacam itu, bahkan menyeberangi Laut Tengah, sebab mereka bertanggung jawan
atas keamanan jalan darat dan jalur pelayaran.
Seorang ksatria Perancis bisa
menyimpan uang atau menyerahkan hipotek melalui ordo Templar di Paris dan
menerima uang dalam koin-koin emas saat membutuhkan di Yerusalem. Tentu saja
ordo Templar mengutip bayaran untuk transaksi demikian, karena mereka membayar
dalam mata uang berbeda dari yang mereka terima, mereka bisa memungut bayaran lagi
untuk konversi mata uang tersebut.
Selain bertindak sebagai
penyimpan dan pengirim harta kekayaan, ordo Templar juga mengelola dana yang
dihimpun dari sumber-sumber keagamaan atau sekuler guna membiayai Perang Salib.
Mereka juga memberikan pinjaman kepada para raja, termasuk Louis VII dari
Prancis, dan kepada para ksatria yang membutuhkan dana bagi diri mereka dan
para pengiring mereka sewaktu ikut Perang Salib. Para ksatria yang bukan
anggota ordo biasanya menyimpan barang-barang mereka di sebuah benteng Templar,
menitipkan berkas-berkas maupun keinginan terakhir atau wasiat mereka, ordo
bertindak sebagai pelaksana wasiat jika si ksatria tidak pulang. Ordo Templar sering
menguasai dan mengawasi hipotek dan urusan-urusan finasial lain bagi para raja
selama mereka tidak di tempat, seperti ketika Philip II dari Perancis menyerahi
Templar tanggung jawab penghasilan dari tanah-tanahnya sewaktu sang raja ikut
dalam Perang Salib tahun 1190. Segera saja puri-puri Templar menjadi bank-bank
dengan layanan komplet, menawarkan bermacam-macam layanan finansial bagi para
bangsawan.
Markas Templar di Paris
menjadi salah satu rumah simpanan terbesar di Eropa. Guna menjaga kejujuran
sangat lurus, ordo melarang para ksatrianya punya uang sendiri. Larangan itu
diberlakukan sedemikian ketatnya hingga setiap ksatria yang kedapatan mati
dengan uang tidak sah dalam tanggungannya dianggap mati di luar pemberkatan. Dia
tidak boleh dikubur dengan tata cara Krisetn dan dengan demikian, menurut agama
mereka, dikutuk di neraka selama-lamanya. Aturan dan keyakinan keras itu
membuat pencurian dan kelancungan kecil sekalipun bisa dicegah di sepanjang
sejarah ordo.
Sepanjang abad ketiga belas,
ordo para ksatria terpelajar lagi jujur ini bertindak sebagai agen-agen
finansial kepausan dan memegang banyak rekening untuk raja-raja Perancis,
termasuk rekening rumah tangga mereka. Sebagai bankir para raja dan Paus, ordo
Templar berkembang menjadi institusi yang boleh dikata mendekati departemen
keuangan modern, hanya saja mereka tidak memungut pajak. Pada puncak kekuatan
mereka, mereka mempekerjakan kurang lebih 7.000 orang dan memiliki 870 puri dan
rumah yang bertebaran di seluruh Eropa dan Mediterania dari Inggris hingga
Yerusalem.
Ksatria Dagang (II)
Dipetik dari Jack Weatherford, The History of Money, Crown Publishers Inc, New York, 1997, diterjemahkan oleh Noor Cholis dengan judul Sejarah Uang, PT Bentang Pustaka, Yogyakarta (2005)
Sumber gambar: http://www.wizardcoinsupply.com/the-history-of-money.html
Ksatria Dagang (II)
Dipetik dari Jack Weatherford, The History of Money, Crown Publishers Inc, New York, 1997, diterjemahkan oleh Noor Cholis dengan judul Sejarah Uang, PT Bentang Pustaka, Yogyakarta (2005)
Sumber gambar: http://www.wizardcoinsupply.com/the-history-of-money.html
Comments
Post a Comment