Tanda-tanda Allah di Langit dan di Bumi
Alam Semesta
Bumi di mana kita
hidup ini berada 148,8 km jauhnya dari matahari yang suhu
permukannya lebih dari 6.648˚ Celcius, dan bulan berada 384.400 km jauhnya dari kita.
Jarak ini menyediakan kondisi lingkungan yang cocok bagi kehidupan di bumi. Jika bumi mendekati
matahari sedikit saja, semua kehidupan di bumi akan terbakar seketika dan seluruh
jejak-jejak kehidupan akan lenyap. Dan jika matahari mundur sedikit dari bumi, seluruh
kehidupan di bumi akan membeku dan akhirnya mati.
Begitu juga halnya
dengan bulan. Andai bulan sedikit mendekati
bumi, benua-benua
akan ditenggelamkan banjir bah dan seluruh kehidupan akan hancur. Berkat gaya
tarik bulan semua gunung dan bukit akan tercerabut dan beterbangan meninggalkan
bumi dan seluruh
kehidupan hancur.
Bumi berotasi pada
porosnya dengan kecepatan 1.600 km per jam, kecapatan yang setara dengan
satu rotasi sempurna setiap 24 jam. Jika kecepatannya berkurang
sedikit, hari akan menjadi lebih panjang disertai kekeringan (panas); malam juga akan
menjadi lebih panjang yang menyebabkan kebekuan karena efek mirip musim dingin.
Jika begitu, persyaratan pokok
kehidupan akan berkurang dan selanjutnya akan musnah satu demi satu.
Jika ketebalan
kerak bumi bertambah
sedikit, jumlah oksigen akan menurun dan kemungkinan kehidupan akan menurun.
Jika kita asumsikan ketebalan kerak bumi bertambah 3 meter saja, kehidupan akan
musnah karena lenyapnya oksigen. Jika tingkat oksigen bertambah sedikit,
kehidupan di dunia akan punah karena ketidakseimbangan dalam kerapatan
atmosfer. Jika demikian maka semua planet dan benda-benda kosmis akan berantakan.
Mereka yang
tinggal di tepi laut atau samudra, atau mereka yang tinggal di dekatnya bisanya harus
menguapkan lalu mengembunkan airnya untuk menghilangkan garam agar bisa
diminum. Sering kali mereka berharap air garam itu menjadi air tawar saja
seperti air sungai. Seandainya harapan mereka terwujud dan semua air garam
menjadi tawar, laut akan menjadi busuk semua. Kehidupan di bumi pun akan berakhir dan
menjadi kehancuran yang sunyi. Air laut dan samudra akan menjadi himpunan stagnan tanpa garam yang mencegah pelapukan
atau pembusukan.
Perhatikanlah
siklus air di bumi dan akan Anda dapati siklus itu diciptakan menurut takaran dan ketepatan. Matahari
menguapkan air laut dan samudra—yang dianggap sebagai penyimpanan di mana air
simpanannya tidak berkurang. Lalu, mengangkatnya ke lapisan-lapisan dingin di langit. Kemudian mengembunkannya
agar jatuh sebagai air tawar yang mengaliri sungai, mengairi tanaman dan
ternak, dan mengisi semesta dengan kehidupan. Apakah ini sebuah kebetulan?
Perhatikan rotasi bumi pada porosnya,
revolusinya mengelilingi matahari dan kemiringan sumbunya yang lebih dari 23˚. Lihatlah
bagaimana periode musim terjadi silih berganti dari musim dingin yang
menggigit, beralih ke musim semi yang lembut lalu, musim panas yang menyengat, dan musim gugur
yang menyenangkan. Andai sumbu itu tegak lurus, bumi tidak akan
berotasi pada sumbunya. Semua tetes air yang diuapkan dari laut dan samudra
akan menggumpal dan hanya jatuh di tempat-tempat tertentu di belahan utara dan
selatan. Benua-benua akan membentuk es dan musim panas dan musim dingin akan
berlangusng terus-menerus dan seluruh umat manusia, kehidupan, dan semua yang
hidup akan binasa. Apakah ini kebetulan?
Luasnya Alam Semesta
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam
kitab suci-Nya:
“Dengan kekuatan, Kami bangun
langit itu. Sesungguhnya Kami mampu meluaskannya.” (QS. Adz Dzaariyat:
47).
Seorang ilmuwan bernama Balfon mengatakan
dalam bukunya Science Looks to Space, “Semesta lebih
luas dan lebih besar dari yang kita bayangkan selama ini. Bagian-bagian
terjauh semesta bergerak menjauh dengan kecepatan mengerikan.
Para astronom menyimpulkan bahwa ruang angkasa di antara
bintang-bintang adalah ruang vakum yang benar-benar kosong. Tetapi sebetulnya, ruang itu berisi
gas dan berbagai macam materi. Ada awan-awan gas di antariksa yang besarnya 9,6 miliar kilometer. Matahari dan
planet-planet yang mengelilinginya adalah fenomena belakangan yang menentukan
perhitungan para astronom. Umur sebagian besar planet-planet yang berevolusi
tak lebih dari 3 miliar tahun.”
Balfon juga
mengatakan: “Seluruh semesta dengan dengan ukuran bintang-bintangnya yang bervariasi tak
terbatas melesat ke segala arah layaknya serpihan ledakan bom, menyajikan
gambaran yang sulit dibayangkan orang. Mereka semua terpesona dan
kehabisan kata-kata. Pemandangan itu begitu mempesona dan membuat terdiam makhluk kecil bernama manusia
yang hidup di salah satu serpihan bintang, dalam sebuah bulatan kecil di antara jutaan galaksi lain yang serupa dengan itu. Makhluk itu
berusaha memandang ujung-ujung angkasa tetapi pandangannya terbatas. Lalu, dia berusaha
keras memahami semesta.
Para astronom menyatakan, ada banyak bintang dan
planet-planet yang berjumlah hingga beberapa miliar—baik yang bisa dilihat
dengan mata telanjang dan yang tidak bisa dilihat kecuali dengan bantuan kaca
pembesar dan peralatan. Semuanya beredar mengikuti orbit yang tak terlihat.
Tidak mungkin medan magnet suatu bintang mendekati medan magent bintang lain. Atau sebuah planet bertabrakan dengan planet
lainnya seperti sebuah kapal di
Laut Tengah dengan kapal lain di Samudra Atlantik yang bergerak ke arah yang
sama. Kemungkinan yang sangat kecil atau bahkan tidak mungkin sama
sekali.
Sains membuktikan
bahwa kecepatan cahaya adalah 299.338 km per detik. Ada
bintang-bintang yang pancaran sinarnya mencapai kita dalam hitungan menit, ada
yang pancarannya mencapai kita berbulan-bulan. Ada pula yang memancarkan
sinar (yang kita ketahui dengan bantuan peralatan canggih) miliaran
tahun lalu dan cahayanya baru sekarang mencapai kita. Jadi, seluas apa semesta
itu?
Selubung atmosfer
menyelimuti Bumi. Ketebalannya sekitar 161 km dan terdiri atas
campuran oksigen, nitrogen, karbon dioksida, uap air, ozon dan campuan gas-gas
lain dalam proporsi tertentu. Perubahan apa pun dalam proporsi ini (baik penambahan atau pengurangan) akan menimbulkan
kerugian bagi kehidupan dan segala yang hidup.
Tekanan atmosfer mencapai
14,8 putaran per inci persegi pada permukaan laut. Inilah tekanan yang
mendorong oksigen lewat paru-paru lalu ke aliran darah agar tersebar ke seluruh
bagian lipatan tubuh. Perbedaan apa pun dalam tekanan ini akan
menimbulkan kondisi yang berujung kematian. Dari riset ditemukan bahwa
selama berada dalam ketinggian penerbangan, di mana pilot membawa pesawat di
atas 4,5 km, dia mengalami
apa yang disebut penyumbatan arteri udara. Dia akan meninggal ketika
mencapai ketinggian sekitar 7,6 km. Maha Agung Allah Tuhan yang
menyempurnakan penciptaan segala sesuatu.
Sebagian isi alam semesta
“Apakah mereka tidak
melihat ke langit di atas mereka, bagaimana Kami meninggikan dan menghiasinya,
dan tidak ada retak-retak sedikit pun padanya?” (QS. Qaf: 6)
Al-Allamah Sinka
mengatakan, “Seseorang tidak bisa meninggikan pandangannya ke langit yang tinggi tanpa
menundukkan kesombongannya. Ini karena kemegahan Sang Pencipta. Hatinya menjadi tenang ketika dia melihat
jutaan bintang berpendar cemerlang dan dia mengamati gerakan bintang-bintang di orbit berikut segala fase yang dilalui.
Semua bintang dan setiap planet, semua nebula dan setiap benda langit yang
beredar, adalah sebuah dunia terpisah yang lebih besar dari bumi.
Bumi
Bumi adalah salah
satu planet yang berevolusi mengelilingi matahari. Bumi adalah planet keempat
terbesar ukurannya dan ketiga dalam hal kedekatan dengan matahari dari sembilan
planet yang membentuk tata surya kita.
Bumi berbentuk
nyaris seperti bola hanya saja agak pipih (rata) di kutub dan menonjol di
khatulistiwa. Diameter kutubnya diperkirakan 28.807 km sedangkan diameter
ekuatorialnya adalah 15.654 km. Keliling kutubnya 38.978 km, sedangkan keliling
ekuatorialnya adalah 40.072 km.
Area permukaannya
sekitar 200 juta mil persegi.
Tanah kering meliputi sekitar 50 juta mil persegi, sedangkan sekitar
150 juta mil persegi tertutup air.
Bumi berotasi sekali selama 24 jam. Siapa oun yang berada di
khatulistiwa bergerak pada kecepatan rata-rata 1.609 km per jam atau 25,7 km per menit.
Bumi mengelilingi
matahari mengikuti orbitnya—lebih dari 933.419.520 km. Sehingga
rata-rata kecepatan dalam geraknya lebih dari 96.560 km per jam atau
sekitar 1.609 km per menit. Seluruh
tata surya beserta bumi di dalamnya
menempuh jarak di angkasa dengan kecepatan tak kurang dari 32.186 km per jam, atinya
lebih dari 483 km per menit, ke arah Rasi Herkules.
Mengenai umur bumi, manusia sudah lama
berusaha memperkirakannya Pada abad ke-17, Uskup James
Arthur mengatakan “Dunia ini bermula pada tanggal 26 Oktober, 4.004 tahun sebelum
kelahiran Kristus.” Dalam salah satu kitab agama Hindu, umur dunia adalah
1.972.949,56 tahun. Pada zaman modern, para astronom mulai bekerja di
observatorium untuk memperoleh nilai paling menedakti dari umur Bumi. Perkiraan
akhir yang bisa diandalkan dari berbagai observatorium menunjukkan umur yang
berkisar pada angka 4,5 miliar tahun, adapun kesalahan relatif
dari perkiraan ini sekitar 20%.
Matahari
Matahari adalah
bulatan gas terbakar yang berumur lima miliar tahun dan memiliki diameter lebih
dari 1,3 X 106 kilometer. Lingkaran kelilingnya adalah 320 kali keliling bumi. Beratnya 3.033 tiga kali berat bumi. Suhu intinya lebih dari 20.000.000˚C
meskipun suhu permukaannya cuma 6.000˚C.
Permukaannya
menyemburkan lidah api yang menjangkau hingga sekitar 0,5 juta kilometer yang
menyebar energi di angkasa secara kontinu 167.400 hp/m3 dan yang
sampai ke bumi hanya 1/2.000.000 saja. Matahari termasuk bintang kecil, bukan bintang raksasa.
Di permukaannya,
terdapat badai listrik dan magnetik yang sangat kuat. Salah satu hal yang
memusingkan para ilmuwan adalah matahari, sebagaimana dipahami dari pengetahuan
tentang lapisan-lapisan Bumi, tidak henti-hentinya memancarkan kuantitas cahaya
yang sama selama miliaran tahun. Tak pelak lagi, bentuk pembakaran yang
berlangsung di dalamnya berbeda dari yang lazim terjadi. Sebenarnya 6.000 tahun sudah cukup
untuk membakar dan menghabiskan panasnya. Sebagian orang berpikir bahwa meteor
dan meteorit yang jatuh ke permukaannya mengantikan apa yang hilang melalui
radiasi panas.
Akhirnya, menjadi
jelas bahwa proses yang menghasilkan panas matahari adalah konversi bahan
bakarnya—yakni hidrogen—yang melimpah ruah di
matahari dan bintang-bintang lain, menjadi helium. Hal tersebut berlangsung
melalui rangkaian reaksi nuklir yang rumit sehingga menghasilkan
jumlah energi luar biasa besarnya.
Dr. Thomas Gold (Wakil Direktur Pusat
Penelitian Fisika-Radio dan Antariksa) menyatakan bahwa sebuah ledakan pernah terjadi di dalam
matahari pada tanggal 13 Februari 1956. Ledakan itu setara dengan
gabungan energi jutaan bom hidrogen. Ledakan ini menghasilkan lontaran radiasi
kosmis dahsyat menuju bumi. Dalam
penjelasannya dia mengatakan, “Kemunculan radiasi kosmis dimulai pada pukul 3.45 waktu
Greenwich dan berlangusng selama sekitar dua jam. Peningkatan yang dirasakan
oleh bumi kala itu dianggap
sebagai yang terbesar dalam sejarah.”
Dia menggambarkan
ledakan itu terjadi di sebuah zona matahari yang luasnya lebih besar dari
area permukaan bumi. Adapun kekuatan ledakannya begitu besar
hingga imajinasi manusia tidak bisa membayangkan radiasi kosmis yang
dihasilkannya. Semua manusia, baik laki-laki,
perempuan, dan anak-anak, serta semua yang hidup menerima dua kali jumlah
radiasi normal yang datang dari
segala penjuru alam semesta.
Dr. Donald Mitzel,
Direktur Harvard Observatory mengumumkan bahwa ledakan yang
terjadi di matahari ini direkam dalam film menggunakan karnografi.1 Rekaman
itu menunjukkan bahwa daya ledakan tersebut setara dengan 100.000.000 bom
hidrogen diledakkan sekaligus. Ledakan itu lebih besar 1.000 kali lipat dari gaya gravitasi bumi. Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana.
Catatan:
1. Sebuah alat untuk merekam radiasi panas
dan radiasi cahaya yang memancar dari bumi.
Sumber: Allahu wal Ilm al Hadits oleh Abdur Razzq
Naufal
Dipetik dari buku
Judul : Mukjizat Ilmiah di Bumi dan
Luar Angkasa
(Al-I’jaz
al-ilmi fi al-ard’h wa al-falak)
Penulis : Ahmad Yusuf Al-Hajj
Penerjemah : Putri Aria Miranda, Noor Cholis
Penyunting : Firman Pramudya
Penerbit : AQWAM, Solo, 2016
Comments
Post a Comment