Menjembatani Dua Dunia (1)
Ada satu faktor konstan dalam sejarah manusia sepanjang tiga belas abad terakhir. Itulah konfrontasi antara Islam dan apa yang dahulu disebut Dunia Kristen yang kini menjadi Dunia Barat sekuler. Selama periode relatif singkat imperialisme Eropa rivalitas antara dua Iman, dua kebudayaan, itu bisa dilupakan. Ketika “Perang Dingin” mendominasi percaturan politik internasional rivalitas dua iman itu kecil saja konsekuensinya. Kini rivalitas berurat mengakar itu muncul kembali ke permukaan, yang memang sudah disuratkan begitu cepat atau lambat karena Islam merasa punya misi universal sama halnya dengan peradaban Barat. Moto para sultan Utsmani “Satu Dunia, Satu Iman, Satu Penguasa” sekarang digaungkan dalam wacana “Satu Dunia” atau “Tata Dunia Baru” ( New World Order ). Tetapi dunia yang mana? Apakah hidup berdampingan yang damai dan bermanfaat itu mungkin? Tentunya ini bergantung pada pemahaman timbal balik dan, karena keputusan tergantung pada kekuasaan yang melaksanakannya, di